REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN –- Presiden Afrika Selatan (Afsel) Cyril Ramaphosa menyesalkan keputusan puluhan negara yang menerapkan larangan perjalanan terhadap negara-negara Afrika bagian selatan menyusul penemuan Covid-19 varian omicron. Selain tidak adil dan tak ilmiah, dia menilai langkah itu merupakan bentuk “apartheid kesehatan”.
“Sebagai Afsel, kami berdiri teguh melawan segala bentuk apartheid kesehatan dalam perang melawan pandemi,” kata Ramaphosa saat berkunjung ke Pantai Gading pada Kamis (2/12).
Dia kembali mengingatkan, para ilmuwan di negaranya adalah yang pertama kali mendeteksi atau mengidentifikasi omicron. Oleh sebab itu, penerapan larangan perjalanan terhadap Afsel merupakan tamparan bagi keunggulan dan keahlian Afrika.
“Larangan (perjalanan) ini akan menyebabkan kerusakan tak terhitung, khususnya pada industri perjalanan dan pariwisata yang menopang bisnis serta mata pencaharian di Afsel dan kawasan Afrika (bagian) selatan,” ujar Ramaphosa.
Ramaphosa adalah pemimpin serikat pekerja pertambangan yang kuat selama era apartheid. Saat kekuasaan minoritas kulit putih berakhir, ia berhasil menjadi pengusaha sukses. Sebelum presiden, Ramaphosa sudah pernah mengisi posisi wakil presiden. Dia adalah kepala negara kelima Afsel sejak munculnya demokrasi pada 1994.