REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus gondongan rentan dialami oleh anak-anak. Ini adalah kondisi di mana peradangan kelenjar parotis terjadi akibat infeksi virus.
Biasanya, gondongan ditandai dengan pembengkakan pipi penderita. Gondongan dapat dengan mudah menular, melalui percikan ludah atau lendir yang keluar melalui mulut atau hidung penderitanya.
Dilansir NBC News, Amerika Serikat (AS) mencatat bahwa 94 persen anak-anak dan remaja yang sudah divaksinasi tetap dapat tertular gondongan. Jumlah kasus dilaporkan mulai meningkat kembali pada 2006.
Menurut laporan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), sepertiga kasus gondongan di AS dari 2007 hingga 2019 dilaporkan pada anak-anak dan remaja. Sebanyak 94 persen dari mereka yang tertular penyakit itu telah divaksinasi.
"Sebelumnya, wabah besar gondongan di antara orang-orang yang divaksinasi lengkap tidak umum, termasuk di antara anak-anak yang sudah divaksinasi,” ujar Mariel Marlow, seorang ahli epidemiologi di CDC yang memimpin studi terbaru.
Meski demikian, Marlow menyebut bahwa gejala penyakit biasanya lebih ringan dan komplikasi lebih jarang terjadi pada orang yang sudah divaksinasi. Para ahli belum mengetahui mengapa orang yang divaksinasi tetap terkena gondong, namun ada beberapa faktor yang diyakini memengaruhi kekebalan.
Di antara faktor tersebut adalah termasuk kurangnya paparan virus sebelumnya, berkurangnya kekebalan, dan sirkulasi genotipe yang tidak terkandung dalam vaksin. Virus gondong menyebar melalui kontak langsung dengan air liur atau droplet dari mulut, hidung atau tenggorokan orang yang terinfeksi.
Virus dapat menyebar saat penderita gondongan batuk, bersin, berbicara, berbagi minuman, atau selama aktivitas kontak dekat, seperti olahraga. Hampir 91 persen populasi AS telah mendapatkan setidaknya satu dari dua dosis vaksin campak, gondong, dan rubella (MMR).
Jadwal pemberian vaksin MMR ialah saat anak berusia 12 bulan dan 6 tahun. Vaksin tersebut 88 persen efektif melawan penyakit.
Kasus-kasus dalam beberapa tahun terakhir sebagian besar didorong oleh wabah lokal yang besar. Puncaknya terjadi pada 2016 dan 2017, mencakup lebih dari 150 wabah yang dilaporkan di 37 negara bagian dan Ibu Kota Washington berjumlah sekitar 9.000 kasus.