Jumat 10 Dec 2021 12:18 WIB

AS Siapkan Kemungkinan Jika Kesepakatan Nuklir Iran Buntu

Utusan Khusus AS untuk Iran menyebut negaranya bersiap jika dialog nuklir buntu

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Dalam foto file ini dirilis 16 Januari 2021, oleh Pengawal Revolusi Iran, sebuah rudal diluncurkan dalam sebuah latihan di Iran. Utusan Khusus AS untuk Iran menyebut negaranya bersiap jika dialog nuklir buntu.
Foto: AP/Iranian Revolutionary Guard/Sepa
Dalam foto file ini dirilis 16 Januari 2021, oleh Pengawal Revolusi Iran, sebuah rudal diluncurkan dalam sebuah latihan di Iran. Utusan Khusus AS untuk Iran menyebut negaranya bersiap jika dialog nuklir buntu.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Utusan Khusus Amerika Serikat (AS) untuk Iran Rob Malley menyatakan sedang mempersiapkan diri dengan kemungkinan tidak ada kesepakatan yang dicapai dengan Iran untuk mengekang program nuklir, Kamis (9/12). Walau Washington masih yakin masih ada waktu untuk mencapai kesepakatan dengan Teheran.

"AS siap untuk kembali ke kesepakatan nuklir 2015 sesegera mungkin, secepat Iran," kata Malley dikutip dari Al Arabiya.

Baca Juga

AS dan Iran telah terlibat dalam pembicaraan tidak langsung untuk kembali ke Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang sudah tidak berfungsi. Mantan presiden AS Donald Trump memutuskan mundur dari kesepakatan pada 2018.

Iran menuntut pencabutan semua sanksi AS sebelum kembali ke kesepakatan dengan imbalan pembatasan program nuklirnya. Perjanjian sebelumnya, yang ditengahi oleh mantan presiden Barack Obama telah gagal mengatasi dukungan Iran untuk milisi di seluruh kawasan dan program rudal balistiknya. "Kami mengistimewakan jalur diplomasi," kata Malley.

Malley menyebut diplomasi adalah cara terbaik ke depan. "Kami menduga itu yang terbaik untuk Iran, tetapi Iran harus memutuskan,"ungkapnya.

Sementara AS telah berulang kali menyuarakan kesediaannya untuk memasuki kembali JCPOA, kondisi itu masih belum juga terjadi akibat beberapa hal, termasuk pemilihan presiden di Iran dan menghasilkan pemerintahan Iran yang menghentikan pembicaraan selama berbulan-bulan. Di sisi lain, Iran terus meningkatkan bahan dan pengayaan uranium yang dibutuhkan untuk bom nuklir.

AS akan mencabut semua sanksi tidak konsisten dengan JCPOA jika kesepakatan tercapai. "Namun sementara itu, kami tidak dapat berdiam diri dan tidak siap menghadapi dunia di mana Iran mungkin memilih untuk menunda program tersebut, mencoba untuk membangun lebih banyak pengaruh. Kami jelas harus merespons. Jadi, itulah yang kami lakukan. Kami sedang mempersiapkan diri untuk hasil itu," kata Malley.

Pemimpin perundingan nuklir Iran, Ali Baqeri Kani, mengatakan tim perunding negara itu bertekad untuk mengadakan pembicaraan serius di Wina mengenai penghapusan sanksi Amerika Serikat (AS). Dalam pertemuan Komisi Gabungan JCPOA, berbagai pihak menyatakan pandangan tentang proses pembicaraan di masa depan.

"Republik Islam Iran menekankan dalam pertemuan itu bahwa akan melanjutkan jalur pembicaraan secara serius berdasarkan posisi dan pandangan yang telah dikemukakan sebelumnya dan memiliki tekad yang serius untuk memasuki pembicaraan serius dan mencapai kesepakatan. Iran tentu tidak melihat adanya hambatan (untuk mencapai kesepakatan), jika alasan yang diperlukan disediakan," kata Baqeri Kani setelah pertemuan di Wina, Kamis (9/12).

sumber : Al Arabiya/Fars News
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement