REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Internasional Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah menanggapi terkait konflik antara Indonesia dengan China yang disebabkan karena perairan Natuna. Menurutnya, China tidak akan menyerah dan Indonesia harus tegas dengan konsistensi pada hukum internasional.
"China sudah mengetahui jenis, kualitas, dan kuantitas sumber daya alam yang terkandung di perairan Natuna. Sehingga China tidak akan menyerah. Karena itu, Indonesia harus tegas dan mengandalkan konsistensi pada hukum internasional," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (14/12).
Ia menjelaskan, China sudah mengamati ASEAN belum satu suara dalam menghadapi tuntutan kepemimpinan maritim China. Lalu, China merasa dirinya sangat kuat dan berkewibawaan tinggi. Sehingga tidak bisa dikekang oleh siapapun.
"China juga maklum jika semua anggota ASEAN sudah terikat dalam berbagai bentuk kerja sama perdagangan dan investasi dengan China, sehingga mereka akan sungkan menegur China," kata dia.
Setelah China menggertak Indonesia agar jangan melakukan eksplorasi tambang minyak di Natuna, Indonesia diam-diam membalasnya dengan menerima kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Anthony Blinken pada kemarin (Senin 12/12). Bahkan, Blinken bersama Dubes AS untuk Republik Indonesia Sung Y Kim sudah melakukan pertemuan di Istana Negara. Tak hanya Jakarta, Blinken juga melakukan kunjungan kerja ke sejumlah negara ASEAN.
“Blinken telah mendarat di Indonesia. Di Jakarta, ia akan membahas tujuan bersama dalam pemulihan Covid-19, memperkuat demokrasi, hubungan perdagangan dan ekonomi, mempertahankan kebebasan navigasi, dan berkolaborasi dalam keamanan siber dengan Indonesia,” ujar juru bicara Kemenlu AS Ned Price di Twitter pada Senin (13/12).Berita ini dilansir situs kantor berita Turki, Anadolu Agency.
Dalam pernyataan Kedubes AS di Jakarta, Blinken akan berada di Indonesia pada 13-14 Desember dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan pejabat tinggi Indonesia lainnya. Mereka akan menegaskan kemitraan strategis kedua negara yang kuat serta arti penting kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.