REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Amerika Serikat (AS) ingin menggelar pembicaraan pengendalian senjata dengan China. Beijing sempat dilaporkan sedang memperluas persenjataan nuklirnya dan armada kapal selam bertenaga nuklir.
Menurut seorang pejabat senior di Departemen Luar Negeri AS, Presiden AS Joe Biden dan Presiden Xi Jinping tampaknya setuju menggelar pembicaraan pengendalian senjata. Biden dan Xi diketahui telah melakukan pertemuan bilateral virtual bulan lalu.
“Saya optimistis bahwa (pembicaraan pengendalian senjata) ini akan segera dimulai. Namun saya tidak dapat memberi tahu Anda kapan atau pada tingkat apa,” kata pejabat Departemen Luar Negeri AS tersebut ketika diwawancara awak media di Jenewa, Swiss, Kamis (16/12).
Dia menyebut China sedang membangun persenjataan nuklir yang lebih besar dan beragam. Hal itu dibuktikan dengan pembangunan silo yang sedang berlangsung dan sistem peluncuran yang tengah dikembangkannya. “Kami percaya persenjataan nuklir China dapat berlipat ganda dalam beberapa tahun ke depan,” ujarnya.
Ia mengungkapkan sejak Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu Juni lalu, AS-Rusia sudah menggelar dua putaran pembicaraan stabilitas strategis di Jenewa. “Namun ini masih merupakan pembicaraan yang sangat sulit dan semakin kompleks seiring berkembangnya teknologi,” ucapnya.
Menurut dia akan memakan waktu untuk mengembangkan tingkat negosiasi produktif yang sama dengan China. “Itulah mengapa kami percaya sangat mendesak untuk memulai, pada tingkat apa pun dan pada topik apa pun,” katanya.
AS telah berulang kali mendesak China bergabung dalam pembicaraan perjanjian pengendalian senjata baru yang turut melibatkan Rusia. Beijing sendiri sebenarnya menyambut dialog yang dijalin Washington dan Moskow.
Namun pada Oktober lalu, duta besar perlucutan senjata China di Jenewa, Li Song, mengatakan negaranya tidak tertarik dengan perjanjian kontrol senjata trilateral. Dia mengklaim China tak mencari kesetaraan dengan kekuatan nuklir dunia. Menurutnya, kapasitas nuklir yang dimiliki China murni untuk pertahanan diri.
Kendati demikian, Li mengatakan China siap berdialog. Namun AS harus terlebih dulu mereduksi kapasitas nuklirnya hingga setara dengan Beijing.