Kamis 23 Dec 2021 12:45 WIB

Kementan Jelaskan Penyebab Kenaikan Harga Cabai 

Cuaca yang buruk berdampak buruk pada produksi cabai dan risiko hama.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/M Fauzi Ridwan/Lilis Sri Handayani/ Red: Friska Yolandha
Pedagang memilah cabai rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (22/12). Kementerian Pertanian (Kementan) menjelaskan, kenaikan harga cabai saat ini tak bisa dihindari lantaran faktor cuaca yg menurunkan produksi dan serta hambatan logistik.
Foto: ANTARA FOTO
Pedagang memilah cabai rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (22/12). Kementerian Pertanian (Kementan) menjelaskan, kenaikan harga cabai saat ini tak bisa dihindari lantaran faktor cuaca yg menurunkan produksi dan serta hambatan logistik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menjelaskan, kenaikan harga cabai saat ini tak bisa dihindari lantaran faktor cuaca yg menurunkan produksi dan serta hambatan logistik. Meski demikian, ia memastikan produksi cabai tetap akan surplus pada akhir tahun ini.

"Memang cuaca sedang kurang baik di lain sisi juga terjadi banjir sehingga menganggu transportasi," kata Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Direktur Jenderal Hortikultura, Kementan, Tomny Nugraha saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (23/12). 

Baca Juga

Tommy menjelaskan, cuaca yang buruk berdampak buruk pada produksi cabai dan risiko hama penyakit. Itu sebabnya volume cabai yang dihasilkan tidak optimal. 

Di saat yang bersamaan, mobilitas masyarakat yang mulai tinggi di akhir tahun turut berdampak pada konsumsi, termasuk terhadap komoditas cabai. "Jadi kita bisa maklumi bahwa pasokan berkurang sementara permintaan tinggi," ujarnya. 

Namun, Tommy menyampaikan, produksi cabai pada Desember ini akan surplus. Ia menyebut, berdasarkan data Early Warning System (EWS) Kementan, produksi cabai rawit merah pada bulan ini diproyeksi mencapai 8.800 ton. 

Sementara, permintaan masyarakat sekitar 7.200 ton. Adapun ada Januari mendatang produksi diperkirakan akan sama sementara konsumsi akan naik menjadi 7.300 ton. 

Cabai rawit merah merupakan jenis cabai yang paling banyak dikonsumsi masyarakat. Saat ini, rata-rata harga nasional tembus mencapai lebih dari Rp 90 ribu per kilogram. 

"Jadi tidak ada defisit, masalahnya memang saat ini disaat ada hambatan cuaca yang berpengaruh ke produksi, tingkat permintaan ada kenaikan," ujar dia. 

Harga cabai rawit di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Jawa Barat, naik dari Rp 40 ribu per kilogram menjadi Rp 100 ribu per kilogram. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disdagin) Kota Bandung Elly Wasliah mengatakan komoditas yang mengalami kenaikan signifikan yaitu cabai rawit dan telur. Penyebab kenaikan harga ditengarai kondisi cuaca dan menjelang natal dan tahun baru.

"Pertama yang signifikan itu cabai rawit itu tembus Rp 100 ribu per kilogram kalau cabai tanjung Rp 60 ribu. Signifikan cabai karena faktor cuaca dan cabai dapat dari Jawa Timur Blitar dan Priangan Timur, Kabupaten Bandung dan Bandung Barat tetangga sekitar Ciamis," katanya.

Ia mengatakan harga normal cabai rawit sekitar Rp 30-40 ribu per kilogram. Kenaikan harga cabai rawit dan telur terjadi sejak satu pekan terakhir. Sedangkan harga telur Rp 31 ribu dari harga eceran tertinggi sebesar Rp 24 ribu per kilogram.

"Telur (harga) tiap pedagang berbeda tapi ada yang menyentuh Rp 31 ribu dalam peraturan menteri perdagangan HET telur Rp 24 ribu ini Rp 31 ribu, kemarin dipantau Rp 28 ribu ada kenaikan signifikan karena memang pasokan aman tapi permintaan meningkat saat natal," katanya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement