REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19, Dr. Sonny Harry B Harmadi mengatakan, sejak awal Iman, Aman dan Imun merupakan pendekatan yang disampaikan dalam mengendalikan pandemi.
“Iman menjadi hal sangat penting. Masyarakat Indonesia itu spiritualis, dan ini sebagai pilar pertama dan utama dalam menghadapi pandemi, karena sejatinya pandemi bukan hanya berdampak pada fisik namun juga mental. Dan yang menguatkan mental tentu saja iman,” ujarnya, Jumat (24/12).
Sonny menyampaikan, tempat ibadah dan tokoh agama adalah ruang dan sumber belajar bagi masyarakat. Rumah ibadah bukan sekadar dilihat sebagai potensi klaster, namun tempat ibadah dan tokoh agama harus dilihat sebagai ruang dan sumber belajar utama.
"Saat perayaan hari besar keagamaan atau pelaksanaan ibadah, para tokoh agama bisa memberikan edukasi masyarakat cara mencegah Covid-19, pentingnya vaksinasi, prokes 3M, 3T dan sebagainya,” ujarnya.
Dibutuhkan kebersamaan untuk mengatasi pandemi dan bisa menjadi sarana edukasi bahwa pandemi belum berakhir sehingga diperlukan sikap hati-hati. Sonny mengingatkan, pada tahun lalu, terjadi peningkatan kasus hampir 4 kali lipat dalam 13 minggu, terutama karena meningkatnya mobilitas, penurunan kepatuhan prokes, dan belum ada vaksinasi.
Meski Nataru kali ini berbeda dengan tahun lalu, Sonny mendorong, semua pihak tetap disiplin dan
konsisten dalam kepatuhan prokes. “Tokoh agama harus jadi panutan, gunakan aplikasi PeduliLindungi sebagai skrining penerapan prokes digital. Inilah pentingnya ada satgas di setiap institusi gereja,” tegasnya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, jika melihat situasi nasional, terjadi penurunan kasus baru mingguan sebesar 4 persen dan penurunan jumlah kematian juga sebesar 14 persen dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Testing rate dan positivity rate dan juga penggunaan tempat tidur Covid-19. "Termasuk ICU dapat kita jaga dalam level aman,” paparnya.
Dia juga kembali mengingatkan, agar masyarakat berperan aktif menyukseskan vaksinasi. Terutama kelompok rentan seperti kelompok lansia, ibu hamil, orang dengan penyakit penyerta (komorbid), dan anak-anak.
Saat ini, katad ia, Omicron menjadi varian yang menyita banyak perhatian. Terutama, dengan karakteristiknya yang memungkinkan untuk memunculkan gelombang Covid-19 di berbagai negara. Tercatat telah 11 kasus varian Omicron ditemukan di Indonesia dan saat ini dalam penanganan.
Badan Kesehatan Dunia WHO, menyatakan per Kamis (23/12), sudah ada 110 negara yang melaporkan telah menemukan kasus Omicron, baik yang diperoleh dari para pelaku perjalanan maupun yang dari komunitas, dalam arti, sudah ada penularan di tingkat masyarakat. Tingkat penularan Omicron diyakini melebihi varian Delta, meski sejauh ini gejala yang ditimbulkan lebih ringan.