REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan tenaga kerja Indonesia (TKI)/pekerja migran Indonesia (PMI) yang tewas saat kapal yang mereka tumpangi karam di perairan Malaysia, ternyata diiming-imingi mendapat gaji besar di Negeri Jiran. Kendati demikian, calo juga meminta bayaran sebesar belasan juta.
Ketua satgas penyelidikan kasus ini, Irjen Pol Achmad Kartiko, mengatakan, calo merektur para TKI ilegal tanpa keahlian itu dengan iming-iming bakal dapat kerja di tempat yang bisa memberikan gaji tinggi. Padahal, kenyataannya tidak seperti itu. "Jadi ada unsur bujuk rayu dan tipu muslihat dari para calo-calo ini," kata Kartiko saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (28/12).
Dengan iming-iming gaji besar itu, kata Kartiko, akhirnya para TKI ilegal itu rela membayar calo tersebut Rp 10-15 juta. Uang itu digunakan untuk biaya transportasi TKI ilegal dari daerah asalnya menuju Batam, lalu ke Pelabuhan Rakyat di Bintan, hingga menuju Malaysia.
Calo ini diketahui bergerak di bawah naungan sebuah sindikat yang terorganisasi. Pimpinannya adalah pria bernama Susanto. Selain calo, sindikat ini juga memiliki anggota yang bekerja mengurus transportasi TKI ilegal, menampung, menemani di kapal, dan menyalurkan ke agen tenaga kerja di Malaysia. Parahnya, sindikat ini bisa terus beraksi karena diduga dibekingi oknum TNI Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU).
Menurut Kartiko, kemungkinan sindikat ini sudah beraksi cukup lama. Sebab, dalam beberapa waktu terakhir Malaysia sedang butuh banyak pekerja migran untuk bekerja di sektor perkebunan dan infrastruktur. "Mungkin praktik ini sudah cukup lama," kata Kartiko yang juga menjabat sebagai Deputi Penempatan dan Pelindungan Kawasan Eropa dan Timur Tengah BP2MI itu.
Sebelumnya, aparat Malaysia menemukan sebuah kapal speed boat tenggelam karena dihantam ombak akibat cuaca buruk di pantai Tanjung Balau, Kota Tinggi, Johor, pada Rabu (15/12) pukul 05.00 waktu setempat. Kapal itu karam saat hendak menurunkan penumpangnya sebanyak 50 WNI.
Mengutip keterangan resmi KJRI Johor Bahru per 19 Desember, insiden itu mengakibatkan 21 WNI meninggal, 13 selamat, dan sisanya belum ditemukan. BP2MI sendiri belum menyelesaikan soal detail korban ini dalam konferensi persnya.