Jumat 31 Dec 2021 05:40 WIB

Ibnu Alnafis, Bapak Penemu Teori Sirkulasi Paru-Paru

Ibnu Alnafis lahir pada tahun 1213 Masehi di Damaskus.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Ibnu Alnafis, Bapak Penemu Teori Sirkulasi Paru-Paru. Ilustrasi Ilmuwan Muslim
Foto:

Menurut pemikiran Galen, sistem pembuluh vena terpisah dari pembuluh arteri, kecuali ketika keduanya bersentuhan melalui pori-pori yang tak terlihat. Sedangkan menurut Ibn Al-Nafis, darah dari ruang kanan jantung harus tiba di ruang kiri tetapi tidak ada jalur langsung di antara mereka. 

Darah dari ruang kanan harus mengalir melalui vena arteriosa (arteri pulmonalis) ke paru-paru, menyebar melalui zat-zatnya, berbaur di sana dengan udara, melewati arteria venosa (vena paru) untuk mencapai ruang kiri jantung dan di sana membentuk semangat vital.

Dalam menggambarkan anatomi paru-paru, Ibnu Nafis menyatakan, "Paru-paru terdiri dari bagian-bagian, salah satunya adalah bronkus, yang kedua cabang arteria venosa dan yang ketiga cabang vena arteriosa, semuanya dihubungkan oleh daging berpori longgar."

Dia kemudian menjelaskan peran vena arteriosa adalah untuk mengangkut darah yang telah menipis dan dihangatkan di jantung, sehingga apa yang merembes melalui pori-pori cabang pembuluh ini ke dalam alveoli paru-paru dapat bercampur dengan apa yang ada udara di dalamnya dan bergabung dengannya, Komposit yang dihasilkan menjadi cocok untuk menjadi roh ketika pencampuran ini terjadi di rongga kiri jantung. Campuran dibawa ke rongga kiri oleh arteria venosa.

Kontribusi penting lain dari Ibnu Nafis yang jarang disebutkan adalah postulasi bahwa nutrisi jantung diekstraksi dari pembuluh kecil yang melewati dindingnya, ketika dia berkata, “Sekali lagi pernyataannya (Avicenna) bahwa darah yang ada di sisi kanan adalah untuk menyehatkan jantung tidak benar sama sekali, karena makanan ke jantung adalah dari darah yang menembus pembuluh yang menembus tubuh jantung. Ibn Al-Nafis adalah orang pertama yang mengedepankan konsep sirkulasi koroner.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قُلْ مَنْ رَّبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ قُلِ اللّٰهُ ۗقُلْ اَفَاتَّخَذْتُمْ مِّنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَ لَا يَمْلِكُوْنَ لِاَنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَّلَا ضَرًّاۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الْاَعْمٰى وَالْبَصِيْرُ ەۙ اَمْ هَلْ تَسْتَوِى الظُّلُمٰتُ وَالنُّوْرُ ەۚ اَمْ جَعَلُوْا لِلّٰهِ شُرَكَاۤءَ خَلَقُوْا كَخَلْقِهٖ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْۗ قُلِ اللّٰهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
Katakanlah (Muhammad), “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Katakanlah, “Allah.” Katakanlah, “Pantaskah kamu mengambil pelindung-pelindung selain Allah, padahal mereka tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi dirinya sendiri?” Katakanlah, “Samakah orang yang buta dengan yang dapat melihat? Atau samakah yang gelap dengan yang terang? Apakah mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah, “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia Tuhan Yang Maha Esa, Mahaperkasa.”

(QS. Ar-Ra'd ayat 16)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement