REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken meminta pihak berwenang China, dan Hong Kong untuk segera membebaskan staf media pro-demokrasi Stand News. Mereka ditangkap setelah polisi melakukan penggerebekan dan menutup kantor media tersebut.
"Kami meminta pihak berwenang China dan Hong Kong untuk berhenti menargetkan media independen, dan segera membebaskan para jurnalis serta eksekutif media yang telah ditahan dan didakwa secara tidak adil," kata Blinken.
Blinken mengatakan, dengan membungkam media independen, maka China dan otoritas lokal telah merusak kredibilitas serta kelangsungan hidup Hong Kong. Stand News didirikan pada 2014 sebagai organisasi nirlaba. Stand News adalah publikasi pro-demokrasi paling menonjol yang tersisa di Hong Kong.
Departemen Keamanan Nasional Kepolisian Hong Kong pada Rabu (29/12) pagi telah menangkap enam staf senior sebuah perusahaan media online. Mereka ditangkap karena melakukan konspirasi untuk menerbitkan publikasi hasutan.
Penyiar Hong Kong TVB mengatakan, enam orang yang ditangkap terdiri dari staf yang masih aktif dan mantan staf dari situs berita pro-demokrasi, Stand News. Polisi telah menangkap tiga pria dan tiga wanita dengan rentang usia antara 34 tahun hingga 73 tahun. Polisi juga menggeledah rumah mereka.
Menurut laporan, pemimpin redaksi Stand News, Patrick Lam, termasuk di antara mereka yang ditangkap. Lam ditangkap oleh polisi di rumahnya, dan beberapa gadget miliknya telah disita. Stand News mengatakan salah satu dari mereka yang ditangkap adalah wakil editor, Ronson Chan, yang merupakan ketua Asosiasi Jurnalis Hong Kong. Dalam sebuah rekaman video, polisi tiba di kediaman Chan dan menunjukkan surat perintah pengadilan.
“Tuduhannya adalah konspirasi untuk menerbitkan publikasi hasutan. Ini surat perintah pengadilan dan ini kartu surat perintahnya," kata seorang petugas polisi ketika melakukan penangkapan, dilansir Aljazirah.