Jumat 14 Jan 2022 03:18 WIB

Ada 7 Upaya Kendalikan Kenaikan Kasus Covid-19, Begini Caranya

Peningkatan kasus omicron di dunia dan Indonesia harus dapat dikendalikan

Rep: dian fath risalah/ Red: Hiru Muhammad
Pekerja Migran Indonesia (PMI) berjalan keluar dari pintu  kedatangan usai pemeriksaan dokumen perjalanan di Pelabuhan Internasional Batam Centre, Batam, Kepulauan Riau, Senin (3/01/2022). Satgas Penanganan COVID-19 memperketat pengawasan pintu masuk PMI melalui jalur laut seiring dengan merebaknya varian Omicron dan adanya dugaan penggunaan surat keterangan hasil PCR palsu yang dibawa oleh PMI.
Foto: ANTARA/Teguh Prihatna
Pekerja Migran Indonesia (PMI) berjalan keluar dari pintu kedatangan usai pemeriksaan dokumen perjalanan di Pelabuhan Internasional Batam Centre, Batam, Kepulauan Riau, Senin (3/01/2022). Satgas Penanganan COVID-19 memperketat pengawasan pintu masuk PMI melalui jalur laut seiring dengan merebaknya varian Omicron dan adanya dugaan penggunaan surat keterangan hasil PCR palsu yang dibawa oleh PMI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, -Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan ada tujuh upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kenaikan kasus Covid-19, termasuk Omicron.

"Kasus Omicron terus meningkat di dunia dan Indonesia. Tentu kita harapkan peningkatan kasus dapat dikendalikan," kata Tjandra dalam keterangannya, Kamis (13/1/2022).

Baca Juga

Pertama, transmisi lokal yang sekarang sudah terjadi harus dicari dari mana sumbernya tertular, bukan hanya mrk menularkan ke mana. Dengan mengetahui sumber awalnya maka bisa di cek kemana saja si sumber awal itu sudah menularkan, dan semuanya di isolasi

"Kedua, karena banyak kasus yang tanpa gejala dan hanya ditemukan waktu tes, maka jumlah test di populasi harus lebih ditingkatkan, supaya kalau ada orang tanpa gejala ditemukan dan di isolasi supaya tidak menularkan ke sekitarnya,"kata Tjandra.

Selanjutmya, pengawasan dari luar negeri juga diperketat. Juga melalui mekanisme International Health Regulation (IHR) disampaikan informasi ke negara asal varian Omicron agar di negara itu juga dilakukan testing dan tracing dari kemungkinan sumber penular di negara itu. " Apalagi kalau ada PMI maka dicek di sana apakah sudah ada penularan di antara mereka ," jelasnya.

Keempat, karena masih 43 persen populasi dan 56 persen lansia belum divaksin penuh, maka cakupan vaksinasi harus dikejar. Pemberian booster tentu baik dan segera dimanfaatkan mereka yang sudah mendapat kesempatan ini.

Tetapi, secara makro maka pemberian booster jangan sampai mengorbankan upaya pemberian vaksin yang 2 kali yang mutlak amat diperlukan. Kelima, kesiapan pelayanan kesehatan dari primer, sekunder dan tertier harus terus ditingkatkan.

Keenam, upaya komunikasi risiko yang intensif agar protokol kesehatan dapat dilakukan lebih baik lagi, ini bukan lagi "new normal" tapi sudah menjadi "now normal". Terakhir, atau ketujuh adalah data harus selalu diperbaharui dengan surveilans yang ketat." Sehingga dinamika pengambilan keputusan publik dapat berdasar data real time, tepat dan cepat," tegas Tjandra.

Hingga Kamis (13/1/2022), total kasus positif menjadi 4.268.890, sembuh 4.117.347, dan meninggal 144.155. Jumlah spesimen yang diperiksa sebanyak 278.266, kasus aktif sebanyak 7.388, dan suspek 5.045 orang. Kasus positif bertambah 793 menjadi 4.268.890. Pasien sembuh bertambah 385 menjadi 4.117.347.

Untuk pasien meninggal bertambah 5 menjadi 144.155. Sebelumnya pada Rabu (12/1/2022), tercatat total 4.268.097 kasus positif virus Covid-19. Total sembuh sebanyak 4.116.962 kasus dan meninggal 144.150 kasus.

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement