Ahad 16 Jan 2022 03:15 WIB

20 Kasus Sub-Varian Omicron Ditemukan

20 kasus sub-varian Omicron ditemukan di Israel.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
20 kasus sub-varian Omicron ditemukan di Israel (Foto: ilustrasi)
Foto: Pixabay
20 kasus sub-varian Omicron ditemukan di Israel (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sekitar 20 kasus sub-varian baru yang berkembang dari varian Omicron asli telah ditemukan di Israel, menurut laporan KAN. Varian sub diperkirakan berasal dari India, dan juga telah ditemukan di Kanada, Denmark, Singapura, Cina dan Australia.

Sub-varian yang dikenal sebagai BA2 itu ditemukan selama pengurutan genetik sampel pasien Covid-19. Varian virus ini mengandung lebih banyak mutasi daripada Omicron asli dan mungkin lebih ganas. 

Baca Juga

Dilansir laman JPost, Sabtu (15/1/2022), namun, bahaya yang ditimbulkan oleh sub-varian baru ini masih belum pasti. Kantor pusat penjangkauan virus corona Kementerian Kesehatan juga mengklarifikasi bahwa tidak ada bukti BA2 menunjukan sifat  berbeda dari Omicron.

BA2 pertama kali muncul di China beberapa pekan lalu. Itu diduga berasal dari India. BA2 juga telah diamati di negara lain, seperti Denmark, Australia, Kanada dan Singapura.  Para ilmuwan yang dikutip dalam laporan KAN mengatakan mereka prihatin dengan perkembangan baru ini.

Selama 10 hari terakhir, Israel terus mencapai rekor baru pembawa virus, meningkat dari 12.000 sehari menjadi 48.000. Itu membuat para ahli percaya bahwa jumlah sebenarnya dari mereka yang terinfeksi kemungkinan akan jauh lebih tinggi.

Jumlah pasien serius, meski masih terbatas, juga mulai meningkat. Ada 283 pasien pada Kamis, dibandingkan dengan 136 di pekan sebelumnya. Selain itu, 284 pasien baru diklasifikasikan sebagai serius selama tujuh hari sebelumnya, menandai peningkatan 189 persen, dibandingkan pekan sebelumnya.

Namun, situasi umum pasien Omicron tampak jauh lebih baik daripada gelombang sebelumnya. Jika sub-varian baru memang lebih ganas daripada Omicron, ini dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah. 

Selain itu, juga meningkatkan jumlah pasien serius di rumah sakit. Saat ini, hal tersebut masih sedang dilacak oleh peneliti Israel dan internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement