REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan, kunjungannya ke Rusia akan menandai titik balik dalam hubungan bilateral kedua negara. Dia memandang, Iran dan Rusia sebagai negara kuat, independen, serta berpengaruh di kawasan.
“Kami memiliki kepentingan bersama dengan Rusia dan kolaborasi kami serta kepentingan bersama tentu dapat menciptakan keamanan dan memerangi unilateralisme di kawasan,” kata Raisi sebelum bertolak ke Moskow, Rabu (19/1), dikutip laman Aljazirah.
Pernyataannya itu menyindir Amerika Serikat (AS) yang telah memberlakukan berbagai tingkat sanksi terhadap Iran dan Rusia.
Raisi berpendapat, hubungan Iran dan Rusia ini belum terlalu memuaskan. Karena itu, kunjungannya selama dua hari ke Moskow diharapkan dapat memperbaiki serta meningkatkan relasi bilateral kedua negara.
Menurut Raisi, dalam pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, terdapat beberapa isu yang hendak didiskusikan, mencakup ekonomi, politik, perdagangan, energi, dan antariksa. Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollhian, Menteri Ekonomi Ehsan Khandoozi, dan Menteri Perminyakan Javad Owji mendampingi Raisi dalam lawatannya ke Moskow.
Selain bertemu Putin dan para pejabat Rusia lainnya, Raisi diagendakan melakukan pertemuan dengan sejumlah warga Iran yang tinggal di negara tersebut. Raisi dan Putin awalnya dijadwalkan bertemu di sela-sela KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) yang digelar di Tajikistan pada September tahun lalu.
Namun kala itu Putin harus menjalani isolasi mandiri setelah adanya pejabat Rusia yang terinfeksi Covid-19. Dalam KTT itu, tujuh anggota tetap SCO memberi dukungan bagi Iran untuk menjadi anggota organisasi tersebut.