Sabtu 29 Jan 2022 04:05 WIB

Netanyahu Pernah Ancam akan Serang Drone ke Bennett

Netanyahu mengancam mengerahkan seluruh persenjataan militer untuk menyerang Bennet

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
Foto: EPA-EFE/JACK GUEZ / POOL
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, mengatakan, tahun lalu mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengancam akan mengerahkan drone untuk menyerangnya. Sebelum menjabat sebagai perdana menteri, Bennett telah bernegosiasi dengan Netanyahu, tetapi pembicaraan mereka menemui jalan buntu.

“Ketika dia (Netanyahu) menyadari bahwa saya tidak bermaksud membiarkan dia menyeret Israel ke pemilihan kelima, dia benar-benar mengancam saya,” kata Bennett, dilansir Alarabiya, Jumat (28/1).

Bennett mengatakan, ketika itu Netanyahu mengancam akan mengerahkan seluruh persenjataan militer untuk menyerangnya. Netanyahu kemudian membuat gerakan seolah-olah menunjukkan sebuah pesawat terbang yang turun untuk menyerang.

"Saya akan mengirimkan drone kepada Anda, dan kita lihat saja," ujar Bennett mengutip pernyataan Netanyahu ketika membuat ancaman.

Bennett adalah Nasionalis Yahudi yang menjabat sebagai menjadi perdana menteri pada Juni 2021. Koalisi Bennett memenangkan selisih tipis 60 suara berbanding 59 di parlemen pada Juni tahun lalu. Kemenangan tersebut memungkinkan Bennett untuk membentuk pemerintahan.

“Mendirikan pemerintahan sangat sulit bagi saya. Saya menyadari bahwa semuanya ada di pundak saya dan terpilihnya kembali Netanyahu akan membuat kita mengalami putaran yang mengerikan. Saya tahu ini kedengarannya besar, tapi saya pikir kita menyelamatkan negara," ujar Bennett.

Netanyahu menjalani persidangan karena terlibat kasus suap, penipuan dan pelanggaran kepercayaan. Dia terancam hukuman penjara jika terbukti bersalah.  Netanyahu telah membantah terlibat dalam kasus korupsi tersebut. Pada Senin (24/1) Netanyahu membantah laporan bahwa dia telah mencapai kesepakatan dengan jaksa yang akan memaksanya untuk berhenti dari politik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement