Senin 31 Jan 2022 02:00 WIB

Ini Kerusakan pada Paru-Paru yang Ditimbulkan Long Covid

Para ilmuwan menggunakan metode pemindaian gas xenon untuk mendeteksi kelainan paru.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Andi Nur Aminah
Urutan gejala <em>long</em> Covid-19 (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Urutan gejala long Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi kecil di Inggris menunjukkan bahwa beberapa orang yang mengidap long covid mungkin memiliki kerusakan tersembunyi pada paru-paru mereka. Riset menemukan bahwa penderita long covid berpotensi mengalami gangguan efektivitas dalam pernafasan mereka.

"Penting bagi orang-orang untuk mengetahui bahwa strategi rehabilitasi dan latihan pernapasan dapat sangat membantu. Ketika kita melihat orang-orang di klinik yang terengah-engah, kita bisa membuat kemajuan," kata Peneliti utama studi, Prof Fergus Gleeson seperti dikutip BBC, Ahad (30/1/2022).

Baca Juga

Para ilmuwan menggunakan metode pemindaian gas xenon untuk mendeteksi kelainan paru-paru yang tidak teridentifikasi oleh pemindaian rutin. Mereka fokus pada 11 orang yang tidak memerlukan perawatan di rumah sakit ketika mereka pertama kali tertular Covid tetapi mengalami sesak napas yang berkepanjangan setelah infeksi awal mereka.

Pekerjaan ini didasarkan pada studi sebelumnya yang mengamati orang-orang yang dirawat di rumah sakit dengan Covid. Para peneliti mengatakan temuan ini menjelaskan mengapa sesak napas sangat umum terjadi pada penderita long covid, meskipun alasan sesak napas seringkali terjadi.

Tim dari Oxford, Sheffield, Cardiff dan Manchester itu lantas membandingkan pemindaian gas xenon dan tes fungsi paru-paru lainnya pada tiga kelompok orang. Ketiganya adalah orang dengan long Covid dan sesak napas yang tidak dirawat di rumah sakit saat terinfeksi, 12 orang yang pernah dirawat di rumah sakit karena Covid tetapi tidak lama mengidap Covid, dan 13 orang sehat sebagai 'kontrol'.

Semua peserta kemudian menghirup gas xenon selama pemindaian magnetic resonance imaging (MRI). Gas ini berperilaku dengan cara yang sangat mirip dengan oksigen tetapi dapat dilacak secara visual selama pemindaian.

Hal tersebut membuat para ilmuwan dapat 'melihat' seberapa baik pergerakan gas dari paru-paru ke aliran darah. Kemudian, gas tersebut diangkut dan dialirkan ke seluruh tubuh.

Para peneliti menemukan kalau transfer gas di paru-paru sebagian besar orang dengan long covid tidak efektif dibandingkan dengan kontrol yang sehat. Kondisi serupa juga ditemukan terhadap penyintas yang pernah dirawat di rumah sakit karena Covid-19.

Peneliti utama dan spesialis paru-paru, Dr Emily Fraser mengatakan bahwa membuat orang-orang datang ke klinik dan tidak dapat menjelaskan kepada mereka mengapa mereka sesak napas bisa membuat frustrasi. Dia mengatakan, seringkali sinar-X dan CT Scan tidak menunjukkan kelainan.

"Ini adalah penelitian penting dan saya benar-benar berharap ini akan menjelaskan lebih banyak tentang itu," katanya. Sebuah studi yang lebih besar dan lebih rinci sedang dilakukan untuk mengonfirmasi hasil tersebut.

Baca juga : Asal-Usul Omicron Akhirnya Terungkap

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement