Senin 17 Jan 2022 20:58 WIB

Ilmuwan Australia Temukan Biomarker Inflamasi Long Covid

Penanda inflamasi yang signifikan-berkelanjutan tampak pada pengidap long Covid.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Reiny Dwinanda
Pengidap <em>long</em> Covid (ilustrasi). Pengidap long Covid memiliki biomarker infeksi yang tak lagi dimiliki pasien yang telah pulih sepenuhnya dari penyakit tersebut.
Foto: www.freepik.com.
Pengidap long Covid (ilustrasi). Pengidap long Covid memiliki biomarker infeksi yang tak lagi dimiliki pasien yang telah pulih sepenuhnya dari penyakit tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Tim peneliti dari University of New South Wales (UNSW) dan St Vincent's Sydney Hospital, Australia, telah menemukan penanda biologis (bio marker) yang jelas pada pasien yang mengalami long Covid. Kantor berita Xinhua melaporkan, studi tersebut yang diterbitkan dalam jurnal Nature Immunology pada Jumat (14/1/2022).

Para peneliti menggunakan data yang dikumpulkan dari pasien yang tidak divaksinasi di St Vincent Hospital. Mereka terinfeksi varian alpha selama gelombang pertama pandemi Covid-19 di Australia pada awal 2020.

Baca Juga

Rekan peneliti senior di The Kirby Institute UNSW, Chansavath Phetsouphanh, yang juga sebagai salah satu penulis utama makalah tersebut mengatakan, penelitiannya menjelaskan dampak jangka panjang Covid-19 di sistem kekebalan tubuh melalui analisis di lingkungan laboratorium.

"Kami menemukan bahwa ada peradangan (inflamasi) yang signifikan dan berkelanjutan yang menunjukkan aktivasi berkepanjangan dari respons sistem kekebalan yang terdeteksi setidaknya selama delapan bulan setelah infeksi awal," katanya, seperti dikutip dari laman Times Now News, Senin (17/1/2022).

Dari 62 pasien yang terlibat di penelitian ini, sebanyak 30 persen di antaranya menunjukkan beberapa gejala long Covid-19. Mereka menemukan bahwa pasien yang datang dengan long Covid memiliki biomarker infeksi yang tak lagi dimiliki pasien yang telah pulih sepenuhnya dari penyakit tersebut.

"Ini adalah karakteristik biologis yang dapat membantu kita mendefinisikan kondisi medis dengan cara yang akurat dan dapat direproduksi," ujar Phetsouphanh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement