REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina memperkirakan warganya akan melakukan 1,2 miliar perjalanan selama musim liburan Imlek 2022. Prediksi tersebut naik 36 persen dari tahun lalu. Meski ada imbauan untuk di rumah saja, masyarakat tetap bepergian ke kampung halaman.
Tahun Baru Imlek merupakan hari libur keluarga terbesar di Cina. Dari tahun ke tahun, biasanya tercatat gerakan manusia terbesar karena ratusan juta orang yang bermigrasi untuk bekerja akan mengunjungi orang tua atau keluarga mereka yang lama tak berjumpa.
Sejak liburan yang dimulai pada 17 Januari 2022, dilaporkan sudah terdapat sekitar 260 juta orang melakukan perjalanan. Jumlah tersebut lebih sedikit jika dibandingkan dengan sebelum pandemi tetapi naik 46 persen apabila dikomparasikan dengan tahun lalu.
Salah satu warga yang mudik, Wang Yilei, bekerja dan berdomisili di Beijing. Pada liburan Imlek, dia memutuskan pulang ke kampung halamannya di Tangshan dengan alasan sudah lama tidak pulang dan rindu ayah ibunya.
"Saya tahu kami didorong untuk menghabiskan tahun baru di Beijing, tetapi saya belum kembali ke rumah selama tiga tahun. Orang tua saya semakin tua dan mereka menantikan untuk melihat saya," ungkap Yilei, dikutip dari laman NZ Herald, Selasa (1/2).
Sementara, Beijing tengah memperketat protokol kesehatan menjelang pembukaan Olimpiade Musim Dingin pada 4 Februari 2022. Strategi tanpa toleransi bertujuan untuk menjauhkan virus dari Cina dengan mengisolasi setiap orang yang terinfeksi.
Atlet, reporter, dan kru Olimpiade Musim Dingin diminta untuk menghindari kontak dengan orang luar. Sekitar 106 dari 3.695 orang yang tiba dari luar negeri untuk Olimpiade sudah dinyatakan positif Covid-19. Dua di antaranya adalah atlet dan tim ofisial.
Pihak berwenang telah memerintahkan tes Covid-19 massal untuk lebih dari dua juta orang di Distrik Fengtai, Beijing. Beberapa keluarga diperintahkan untuk tidak meninggalkan rumah. Pembatasan juga diberlakukan di Distrik Baru Xiong'an pekan ini setelah terdeteksi lima kasus.
Orang yang melakukan perjalanan wajib menunjukkan hasil negatif Covid-19 dari tes yang dilakukan 48 jam sebelum keberangkatan. Beberapa pelancong menghadapi kemungkinan diperintahkan karantina jika tiba dari daerah yang dianggap berisiko tinggi terinfeksi.
Pelancong juga dilacak oleh perangkat lunak "kode kesehatan" di ponsel cerdas yang mencatat ke mana mereka pergi dan mencantumkan riwayat hasil tes. Salah satu pemudik dari Qinhuangdao, Sun Jinle, bersyukur bisa pulang karena kode kesehatannya terpantau hijau.
Dia juga menelepon hotline Covid-19 untuk mendapat informasi. "Jika saya tinggal di Distrik Fengtai maka saya tidak bisa (pulang). Untungnya, saya tinggal di Distrik Tongzhou, yang tidak memiliki larangan bepergian," tutur Jinle yang berprofesi sebagai pegawai bank.