Selasa 01 Feb 2022 22:48 WIB

Beda Anies dan Ganjar di Tahun Baru Imlek, dari Klenteng Hingga Veteran Tionghoa

Anies dan Ganjar membawa pesan persatuan dan semangat nasionalisme.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/Rizkyan Adiyudha/ Red: Mas Alamil Huda
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan (kiri), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (tengah) dalam sebuah pertemuan sebelum pandemi Covid-19. Anies dan Ganjar membawa pesan persatuan dan semangat nasionalisme.
Foto: Republika/Farah Noersativa
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan (kiri), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (tengah) dalam sebuah pertemuan sebelum pandemi Covid-19. Anies dan Ganjar membawa pesan persatuan dan semangat nasionalisme.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Aktivitas dua tokoh nasional, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, di Tahun Baru Imlek 2573 memiliki kesamaan. Kedua tokoh yang memiliki elektabilitas di papan atas untuk capres 2024 tersebut membawa pesan persatuan dan semangat nasionalisme.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, mendatangi Klenteng Hian Thian Siang Tee Bio, di Palmerah, Jakarta. Anies mengatakan, Tahun Baru Imlek 2573 menandai keberanian untuk menghadapi tantangan yang cukup besar di hari-hari mendatang. Dia berharap, tahun ini bisa membawa pembaruan, semangat baru, dan energi baru.

Baca Juga

“Semangat kita adalah semangat menjaga persatuan, kebersamaan. Semoga tahun ini benar-benar mendorong semangat baru bagi seluruh masyarakat yang merayakan dengan penuh sukacita,” kata Anies saat ditemui di Klenteng Hian Thian Siang Tee Bio, Palmerah, Selasa (1/2).

Dengan adanya kegiatan di Klenteng tersebut, dia mengucapkan terima kasih kepada pengurus dan jajarannya yang telah merawat. Dia menegaskan, hal itu membuktikan jika semangat di DKI Jakarta adalah semangat persatuan dan toleransi.

“Semangat untuk merekatkan persatuan dan ini yang harus kita jaga terus menerus, jaga sama-sama,” tuturnya.

Dengan adanya perayaan yang dilakukan banyak keluarga di rumah masing-masing, kata dia, kesempatan untuk mendekatkan diri bersama keluarga dinilai penting. 

“Keberagaman adalah karunia Tuhan, persatuan adalah hasil usaha manusia, karunia Tuhan yang dalam bentuk keberagaman ini dijaga dengan semangat persatuan. Karena itu yang kita rayakan hari ini adalah perayaan persatuan, kebersamaan,” jelas dia.

Sementara Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menemui seorang veteran perang keturunan Tionghoa, Trisno Yoewono (77), di Tembalang, Semarang. Trisno juga merupakan murid dari Dullah, pelukis istana kesayangan Presiden pertama RI, Soekarno.

Ganjar kemudian menyempatkan diri berbincang dengan Yoewono. "Dulu, sebagai orang Indonesia keturunan Tionghoa, kok mau perang. Kenapa?" kata Ganjar ke Yoewono.

Yoewono menjelaskan, keinginannya ikut berperang lantaran cinta terhadap Indonesia. Meskipun keturunan Tionghoa, Yoewono menyebut Indonesia sebagai tanah kelahirannya.

"Kita kesadaran diri, kita lahir di Indonesia, mau gimana ya jadi orang Indonesia. Nggak ada (gaji), kita rela mati untuk bela negara," katanya.

Di sela-sela obrolan, Ganjar sempat teralihkan oleh sebuah lukisan yang menyerupai dirinya. Namun lukisan itu masih belum rampung. Politisi PDIP itu mengaku ingin membeli lukisan tersebut.

Ganjar pun memuji beberapa lukisan beraliran realis milik Yoewono. Ganjar juga mengajak Yoewono menggelar pameran ke publik kembali.

"Berarti ini lukisan njenengan alirannya realis ya. Katanya pernah bikin pameran, mbok dipamerkan lagi," kata Ganjar. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement