REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Modus penipuan dengan sosok pria yang berpura-pura menjadi anak miliarder lalu memancing perempuan untuk mendapat ratusan ribu dolar bisa terjadi lewat aplikasi Tinder. Aksi tersebut menjadi sorotan utama tayangan dokumenter The Tinder Swindler.
Film dokumenter besutan Netflix itu mengisahkan Cecilie Fjellhøy yang berkenalan dengan Simon Leviev lewat aplikasi kencan Tinder pada 2018. Fjellhøy terpesona dengan sosok Leviev yang disebutnya tampan, murah hati, bijaksana, dan kaya.
Perempuan 29 tahun itu mengira sudah menemukan pria impiannya. Kepada Fjellhøy, Leviev mengaku bekerja untuk ayahnya yang merupakan sosok miliarder di industri berlian, yakni maestro berlian terkenal Rusia-Israel, Lev Leviev.
Hubungan daring mereka berkembang menjadi kencan di jet pribadi, hotel bintang lima, dan aksi romantis lain. Fjellhøy tidak curiga ketika Leviev berkata perlu meminjam kartu kredit atau meminjam uang, dengan alasan tidak ingin terlacak karena bisnis berlian keluarganya.
Fjellhøy mengatakan, Leviev meminjam uang setelah berbulan-bulan menghujani dengan aksi cinta sehingga dia tidak ragu. Pria itu sudah memberinya hadiah, melakukan perjalanan bersama, dan janji konitmen, bahkan menyebut Fjellhøy sebagai "istri masa depan".
"Rasanya menyenangkan bisa memberikannya kepadanya dan berkata, 'Ini kartu kredit saya. Semua sudah saya atur'," ujar Fjellhøy kepada surat kabar Verdens Gang, dikutip dari laman Insider, Kamis (3/2).
Fjellhøy meminjamkan 500 ribu dolar AS (setara Rp 7,18 miliar) dari rekeningnya kepada Leviev. Ketika menunggu kekasihnya mengembalikan uang, dia malah mendapat telepon dari bank yang mengatakan dirinya sudah memalsukan dokumen.
Betapa kagetnya Fjellhøy ketika ada perempuan lain yang juga menjadi korban penipuan Leviev. Salah satunya adalah Pernilla Sjoholm. Seperti Fjellhøy, Sjoholm bertemu Leviev di Tinder dan tertarik dengan kekayaan dan kharismanya, namun memutuskan untuk berteman saja.
Meski bukan kekasih, Sjoholm juga diminta Leviev meminjamkan sejumlah uang. Fjellhøy, Sjoholm, dan korban lain mengaku tidak punya pilihan untuk membantu pria itu karena mengkhawatirkan keselamatan pujaan hatinya yang mengaku butuh uang untuk lari dari musuh-musuh bisnisnya.