Senin 10 Feb 2025 08:21 WIB

Kanselir Jerman Kritik Rencana Donald Trump Usir Warga Gaza: Skandal Mengerikan

Pemindahan penduduk dinilai tidak bisa diterima dan bertentangan hukum internasional.

Rep: Fuji EP/ Red: A.Syalaby Ichsan
Kanselir Jerman Olaf Scholz
Foto: EPA-EFE/FILIP SINGER
Kanselir Jerman Olaf Scholz

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN — Kanselir Jerman Olaf Scholz mengungkapkan, rencana Presiden Donald Trump agar Amerika Serikat (AS) mengambil alih kepemilikan Jalur Gaza, merelokasi penduduk Gaza, dan membangunnya kembali, merupakan sebuah “skandal” dalam sebuah debat pra-pemilu pada Ahad (9/2/2025). Penantang utama Scholz dalam debat juga menyuarakan kegelisahannya namun menyatakan bahwa ada banyak retorika yang datang dari Washington.

Olaf Scholz yang berhaluan kiri-tengah dan penantangnya yang berasal dari kanan-tengah Friedrich Merz, merupakan calon terdepan dalam Pemilu 23 Februari. Hal tersebut membahas isu-isu domestik utama seperti ekonomi Jerman yang sedang kesulitan dan migrasi, dan membahas kebijakan luar negeri, tiga pekan setelah masa jabatan Trump yang baru.

Baca Juga

Ketika ditanya apa pendapatnya mengenai proposal Trump untuk membangun kembali Gaza menjadi Riviera di Timur Tengah? Olaf Scholz menjawab, “Sebuah skandal. Selain itu, sebuah ungkapan yang sangat mengerikan, mengingat tingkat kehancuran yang sekarang terlihat di sana."

“Pemindahan penduduk tidak dapat diterima dan bertentangan dengan hukum internasional,” kata Olaf Scholz dalam debat di televisi publik ARD dan ZDF. Ia menunjuk pada posisi Mesir dan Yordania, dikutip dari laman Washington Times, Ahad (10/2).“Saya sependapat dengan penilaian ini,” kata Friedrich Merz. 

“Namun ini adalah salah satu dari serangkaian proposal yang datang dari pemerintahan Amerika yang tentu saja membingungkan, namun kita harus menunggu dan melihat apa yang benar-benar dimaksudkan secara serius dan bagaimana implementasinya, mungkin ada banyak retorika dalam hal ini,” kata Friedrich Merz.

Kedua kandidat berbeda pendapat dalam menilai perintah Trump yang mengarahkan pemerintah federal untuk hanya mengakui dua jenis kelamin - pria dan wanita. Friedrich Merz mengatakan, "Hal itu merupakan keputusan yang dapat saya pahami.”

“Menurut saya itu tidak pantas, setiap orang harus bahagia dengan cara yang mereka inginkan,” kata Olaf Scholz. 

photo
Menteri Pertahanan Israel Katz melakukan penilaian bersama para pejabat pertahanan mengenai rencana yang memungkinkan warga Palestina meninggalkan Jalur Gaza, 6 Februari 2025. - (Ariel Hermoni/Kementerian Pertahanan Israel)

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement