Kamis 10 Feb 2022 08:14 WIB

Perjuangan Pelajar India untuk Hak Berjilbab dan Sikap Represif Aparat 

Pelajar dan mahasiswa Muslimah India berjuang untuk peroleh hak berjilbab

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Serombongan siswa perempuan India berjalan menuju sekolah mereka di Udupi, India, Senin (7/2/2022). Pelajar India yang menggunakan jilbab dilarang memasuki ruang kelas mereka.
Foto:

Khan menekankan bahwa siswa Muslim tidak pernah menyuarakan keberatan terhadap siswa Hindu yang mengenakan selendang safron. 

Saniya Parveen (20) mahasiswa Muslim lainnya di kampus tersebut, mengatakan bahwa dia telah mengenakan jilbab ke kampus selama tiga tahun tanpa keberatan, dan bahwa Muslim dan Hindu selalu belajar bersama secara berdampingan dan damai. 

Kini dia hanya dapat menunggu hasil perintah pengadilan untuk mengetahui apakah mereka dapat kembali ke kelas seperti sebelumnya.  

“Saya berharap kami akan diizinkan untuk menghadiri kelas dengan tetap berhijab. Karena ini adalah aturan agama dan hak konstitusional kami, kami tidak akan menyerah,” ungkapnya. 

Di Sekolah Tinggi Seni dan Sains Bhandarkars di distrik Udupi, di mana larangan hijab juga diberlakukan, seorang siswa berbicara tentang keputusasaannya pada siswa Muslim yang dibuat merasa seperti pengemis di gerbang perguruan tinggi. 

"Ini memalukan," katanya. “Dulu kami merasa sangat aman di dalam kampus dan tidak pernah merasa berbeda dengan teman sekelas Hindu kami. Tiba-tiba kita dibuat merasa seperti orang luar. Untuk pertama kalinya kami dibuat menyadari bahwa kami adalah Muslim dan mereka adalah Hindu,” ungkap siswa tersebut. 

Juru bicara Karnataka untuk Vishva Hindu Parishad, salah satu kelompok sayap kanan di garis depan protes anti-hijab, menyebut barisan hijab sebagai konspirasi untuk menyebarkan terorisme jihad dan mengatakan bahwa mahasiswa Muslim sedang mencoba jihad hijab di kampus-kampus. 

Seorang profesor bahasa Hindi di Universitas Delhi, Apoorvanand mengatakan kontroversi itu adalah bagian dari proyek yang lebih besar, di mana penanda identitas Muslim dinyatakan sebagai sektarian dan tidak diinginkan di ruang publik. 

“Ini memberi tahu Muslim dan non-Hindu bahwa negara akan mendikte penampilan dan praktik mereka,” katanya. 

Pada Senin (7/2/2022), beberapa siswa berhijab diizinkan masuk ke perguruan tinggi pra-universitas pemerintah di Udupi tetapi dipaksa untuk duduk di ruang kelas terpisah. “Kami disuruh duduk di ruang terpisah dan tidak ada guru yang datang untuk mengajari kami,” kata salah satu siswa. “Kami hanya duduk di sana seperti penjahat,” ungkapnya.

 

Sumber: theguardian   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement