Jumat 11 Feb 2022 13:39 WIB

Satgas: Sikap Kehati-hatian Cenderung Lebih Rendah pada Kasus tanpa Gejala

Wiku menilai hal paling penting saat ini adalah selalu menerapkan protokol kesehatan

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Gita Amanda
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengingatkan, penularan kasus Covid-19 bisa berasal dari kasus orang tanpa gejala (OTG) maupun yang bergejala. (ilustrasi).
Foto: Satgas Covid-19.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengingatkan, penularan kasus Covid-19 bisa berasal dari kasus orang tanpa gejala (OTG) maupun yang bergejala. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengingatkan, penularan kasus Covid-19 bisa berasal dari kasus orang tanpa gejala (OTG) maupun yang bergejala. Wiku mengatakan demikian, karena terdapat kecenderungan sikap kehati-hatian yang lebih rendah pada kasus tidak bergejala daripada yang bergejala. karena orang yang tampak sakit akan cenderung mengisolasikan dirinya, gejala daripada yang bergejala.

"Hal yang paling penting adalah terdapat kecenderungan sikap kehati-hatian yang lebih rendah pada kasus tidak bergejala daripada yang bergejala. Karena orang yang tampak sakit akan cenderung mengisolasikan dirinya," ujar Wiku dikutip dari siaran Youtube Sekretaris Presiden, Jumat (11/2).

Baca Juga

Karena itu, Wiku menilai  hal paling penting saat ini adalah selalu menerapkan protokol kesehatan 3M secara menyeluruh bagi orang sehat maupun sakit.

Ia menegaskan kasus OTG juga tetap mampu menularkan virus Covid-19 kepada orang lain dan juga membahayakan. Apalagi, fakta di lapangan tidak semua kasus positif dapat terdeteksi 100 persen pada saat ini.

"Testing menjadi tolak ukur tunggal penentuan diagnostik sebuah penyakit dan tidak dapat dielakkan bahwa tidak semua orang melakukan tes," ujar Wiku.

Wiku mengatakan, orang yang tampak sehat-sehat saja juga belum tentu terbebas dari infeksi Covid 19. Menurutnya, secara global jumlah kasus positif tanpa gejala juga lebih sedikit persentasenya daripada kasus yang bergejala.

Saat ini juga kata Wiku, teknologi saat ini belum dapat mengukur secara pasti orang positif atau OTG untuk menulari orang lain. "Metode testing seperti PCR yang dapat mengukur CT value sendiri, hanya sekedar mengukur jumlah virus yang terdapat di dalam tubuh seseorang, bukan jumlah virus yang mampu ditularkan dari orang tersebut ke orang lain," kata Wiku.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement