REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Diskusi perwakilan anak muda dari berbagai daerah di Indonesia memunculkan aspirasi, mulai dari penguatan sosial budaya, kebermanfaatan ekonomi kreatif dan ekonomi digital terhadap anak muda, isu lingkungan, kesenjangan sosial, penguatan demokrasi, sampai dorongan terhadap munculnya calon presiden independen anak muda pada Pilpres 2024 nanti.
Ketua Perkumpulan Kader Bangsa, Dimas Oky Nugroho, mengatakan diskusi ini merupakan penanda bahwa anak muda Indonesia, apapun asal daerahnya, agamanya, partai politiknya, dengan jumlah populasinya yang sangat besar, memiliki aspirasi yang sama dalam menyongsong era perubahan.
“Kita menginginkan dan siap untuk lebih terlibat, berpartisipasi bahkan memimpin proses pembangunan bangsa ini secara bersama," ujar Dimas Oky Nugroho, Ketua Perkumpulan Kader Bangsa, Senin (14/2/2022) saat membuka acara diskusi.
Acara diskusi yang bertema "Ngobrol Bareng: Transformasi Indonesia dan Visi Kepemimpinan Nasional, Bunga Rampai Pemikiran Aceh sampai Papua" digelar secara hybrid dan dihadiri sekitar seratus pemimpin muda.
Salah seorang tokoh anak muda asal Tangerang Selatan, Banten, Fahd Pahdepie yang hadir dalam diskusi, memberikan sejumlah catatan tentang pentingnya keterlibatan yang berkapasitas dari anak muda dalam kepemimpinan nasional.
Dia mengatakan, bicara tentang kepemimpinan setidaknya harus memiliki tiga kriteria. Pertama, insight, atau wawasan, pengetahuan terhadap berbagai persoalan yang dihadapi. Kedua, seorang pemimpin harus memiliki integritas, yaitu sebuah komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar dari kepentingan dirinya, keluarga atau kelompoknya.
Kalau pemimpin sudah memiliki insight dan integritas, lanjut Fahd, maka akan melahirkan inspirasi, sesuatu yang mendorong orang untuk bergerak bersama, ikut berjuang bersama. "Saya pikir pemimpin seperti itu yang dibutuhkan dan dipilih oleh anak muda,” kata dia.
Ferdiansyah, perwakilan anak muda dari Palembang, Sumatra Selatan menyatakan hari ini dunia terfokus pada tiga isu utama, sesuai dengan tema Presidensi G20 Indonesia.
Yakni, arsitektur kesehatan global, yang menurutnya bisa ditafsirkan sebagai upaya Indonesia menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang di pentas internasional.
Selanjutnya, green economy dan digital economy merupakan masa depan yang harus diperjuangkan. Menurut dosen di Universitas Sriwijaya ini, ketiga hal tersebut membutuhkan keterlibatan dan kehadiran kepemimpinan anak muda.
Sementara Adi, dari Makassar, Sulawesi Selatan, menyatakan perubahan dan perbaikan situasi sosial ekonomi, budaya dan politik Indonesia tak bisa dilepaskan dari kepemimpinan anak muda.
"Telah menjadi kenyataan historis apalagi dengan jumlah penduduk usia produktif dan anak muda hari ini yang begitu besar maka kepemimpinan anak muda tak bisa dihindari," ujar pengajar Universitas Muhammadiyah Makassar ini.
Sementara tokoh anak muda asal Cianjur, Jawa Barat, Fajar Arif Budiman mengharapkan kemunculan pemimpin muda alternatif dan independen dalam Pilpres 2024. Fajar menegaskan agar wacana presiden anak muda alternatif ini harus diterjemahkan secara kongkrit.
“Saya pikir, meminjam tiga kriteria pemimpin yang disebutkan yang harus memiliki wawasan, integritas dan aksi yang menginspirasi, tidak banyak kita temui pemimpin yang seperti itu. Namun di kalangan anak muda menurut saya beberapa kita jumpai, figur seperti Bang Dimas Oky Nugroho dan mungkin beberapa tokoh anak muda lain saya pikir layak didukung menjadi capres alternatif dari anak muda masyarakat sipil,” kata Fajar yang dikenal sebagai penggerak anak muda Jawa Barat ini.