REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VII DPR RI Lamhot Sinaga meminta Mind ID untuk membangun fasilitas pemurnian dan pengolahan mineral (smelter) bauksit guna mendukung program pemerintah menghentikan ekspor bauksit pada 2023.
"Saat nanti Juni 2023, pemerintah mencanangkan stop ekspor bauksit, maka dari sekarang Mind ID harus sudah menyiapkan industri yang bisa mengolah bauksit menjadi alumina dan menjadi aluminium," ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Direktur Utama Mind ID di Jakarta, Rabu (16/2/2022).
Lamhot menyampaikan bahwa Indonesia memiliki cadangan bauksit nomor enam terbesar di dunia, tetapi Indonesia justru mengimpor aluminium dari negara lain. Dengan cadangan bauksit yang banyak, menurutnya, Indonesia seharusnya tidak lagi mengimpor aluminium.
"Ada anomali, kita ekspor bauksit, diolah di luar, kita impor kembali untuk bahan baku aluminium," ungkap Lamhot.
"Mind ID harus bisa mendorong industri pengolahan mulai dari bauksit sampai ke alumina, sehingga Inalum tidak perlu lagi mengimpor alumina," tambahnya.
Saat ini, Indonesia tercatat hanya memiliki dua smelter bauksit. Kedua smelter itu dimilik oleh PT Well Harvest Winning Alumina dan PT Indonesia Chemical Alumina di Kalimantan Barat.
Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) memproyeksikan bahwa Indonesia membutuhkan tambahan lima smelter untuk menyerap produksi bauksit di dalam negeri. Nilai investasi yang besar sekitar 1,3 miliar dolar AS untuk membangun satu smelter bauksit kapasitas dua juta ton ore menjadi salah satu tantangan yang mesti dihadapi oleh Mind ID selaku BUMN holding industri pertambangan Indonesia.
Lebih lanjut Lamhot mengapresiasi kerja sama yang dilakukan antara PT Aneka Tambang (Antam) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang membuat perusahaan patungan PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) untuk membangun smelter alumina. "Kita dorong akselerasi program percepatan untuk membangun ini, sehingga kita bisa segera menghentikan ekspor bauksit," pungkas Lamhot.