Selasa 22 Feb 2022 03:49 WIB

Pengrajin Tahu di Aceh Kurangi Produksi Hingga 50 Persen

Harga kedelai sekarang ini mencapai Rp 11.500 per kilogram.

Pekerja memproduksi tahu di salah satu industri tahu tradisional Desa Situi, Banda Aceh, Aceh, Senin (14/2/2022). Kalangan produsen tahu di Aceh mengaku mengurangi produksi hingga 50 persen karena mahalnya harga kedelai yang merupakan bahan baku makanan tradisional tersebut.
Foto: ANTARA/Ampelsa
Pekerja memproduksi tahu di salah satu industri tahu tradisional Desa Situi, Banda Aceh, Aceh, Senin (14/2/2022). Kalangan produsen tahu di Aceh mengaku mengurangi produksi hingga 50 persen karena mahalnya harga kedelai yang merupakan bahan baku makanan tradisional tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Kalangan produsen tahu di Aceh mengaku mengurangi produksi hingga 50 persen karena mahalnya harga kedelai yang merupakan bahan baku makanan tradisional tersebut. Sekretaris Asosiasi Tahu Tempe Aceh, Mulizar, mengatakan selain harga mahal, kedelai juga sulit didapat, sehingga produksi terpaksa dikurangi.

"Kalau dulu, kami bisa menghabiskan hingga 600 kilogram kedelai untuk produksi sehari. Kini berkurang hingga 300 kilogram. Pengurangan hingga 50 persen ini karena kedelai sulit didapat," kata Mulizar, Senin (21/2/2022).

Baca Juga

Mulizar mengatakan harga kedelai sekarang ini mencapai Rp 11.500 per kilogram. Harga tersebut tidak pernah lagi turun sejak setahun terakhir. Harga terus melonjak naik yang dulunya sempat berada di kisaran Rp 10 ribuan.

Selain karena kedelai, pengurangan produksi juga disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat terhadap tahu. Kondisi ini tambah parah dengan langka dan mahalnya minyak goreng di pasaran.

"Kalau produksi banyak, nanti tahun tidak ada yang beli. Kalangan produsen harus bisa menyiasatinya dengan memproduksi tahu secukupnya," kata Mulizar menyebutkan.

Menyangkut dengan harga tahu, ia mengatakan kalangan pengrajin juga tidak bisa begitu saja menaikkannya. Apalagi kondisi daya beli masyarakat yang melemah.

"Kalau harga dinaikkan, tidak ada yang beli," kata dia.

Terkait dengan kondisi tersebut, Mulizar mengatakan sejumlah usaha tahu di Banda Aceh dan Aceh Besar ada yang sudah menghentikan produksinya. Namun, ada juga yang bertahan dengan kondisi seadanya.

"Seperti saya, usaha tahu saya masih bertahan karena peduli nasib pekerja. Kalau usaha tutup dan produksi dihentikan, mereka tentu kehilangan pekerjaan. Tapi, kalau kondisi seperti ini berlangsung lama, bukan tidak mungkin, produksi tahu terhenti," kata Mulizar.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement