Selasa 01 Mar 2022 15:18 WIB

Wahabi dan Liberal Sama-Sama Diprakarsai non-Muslim, Benarkah?

Menurut Kiai Marzuki, pendiri Wahabi berguru pada J.Hempher yang beragama Yahudi

Rep: Andrian Saputra/ Red: A.Syalaby Ichsan
marzuki mustamar
Foto: pwnu
marzuki mustamar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam dinilai perlu berhati-hati agar tidak terjebak gerakan  yang mengatasnamakan Islam namun sejatinya tengah berupaya merusak ajaran Islam. Gerakan itu justru diprakarsai kelahirannya oleh non-Muslim yang berupaya merusak Islam. 

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar mencontohkan, di antara gerakan tersebut adalah gerakan Islam liberal yang justru dicetuskan dan didanai non-Muslim yakni Stephen Hawking. 

Selain itu, gerakan Wahabi yang dicetuskan Muhammad bin Abdul Wahab. Gerakan ini sangat menentang amaliyah seperti peringatan maulid Nabi, membaca wirid, mengirimkan doa kepada orang yang meninggal dan lainnya. 

Wahabi menghukumi pelaku amaliah tersebut sebagai ahli bid'ah, sesat hingga kafir. Mengutip keterangan kitab An Nushush Al Islamiyah karya KH. Muhammad Faqih Maskumamnang, Kiai Marzuki mengatakan, ternyata pendiri Wahabi berguru pada J Hempher, mata-mata Kerajaan Inggris beragama Yahudi. Sejumlah sumber menyebutkan, Wahabi menjadi sebuah gerakan Yahudi yang berkedok Islam. 

https://www.republika.co.id/berita/r85dpp483/beberapa-tradisi-wahabi-yang-disetujui-dan-dikritik-gus-baha

Sementara itu, mengutip keterangan kitab kitab Tarikh Nurul Yaqin, Kiai Marzuki menjelaskan, gerakan atau firqah yang menolak sahabat dan mengkafirkan orang-orang yang tidak sepaham dengan gerakannya adalah gerakan yang dimotori Abdullah bin Saba' yang juga seorang Yahudi. 

"Jangan yang begitu-begitu. Karena khawatir telanjur diikuti ternyata yang kita amalkan sehari-hari itu idenya seorang Yahudi, idenya dari seorang Nasrani," kata kiai Marzuki Mustamar dalam Acara Riyadhoh dan Doa Bersama Keluarga Besar Muslimat NU untuk Keselamatan Bangsa bebrapa waktu lalu.

Karena itu, agar aman dalam berislam, Kiai Marzuki mengajak umat untuk kokoh mengikuti para ulama ahlussunnah wal jamaah yang memiliki sandaran (sanad) yang jelas ke tabiit-tabiin, tabiin, sahabat hingga ke Rasulullah. Kiai Marzuki mencontohkan para ulama yang berpegang dan mempelajari pandangan ulama empat Mazhab memiliki kejelasan dalam sanad keilmuannya. Para ulama empat mazhab pun memiliki sanad yang jelas hingga Rasululah. Contohnya, Imam Syafi'i yang berguru pada Imam Malik, Imam Malik pada Imam Nafi', Imam Nafi kepada sahabat Abdullah bin Umar yang langsung belajar kepada Rasulullah. 

Menurut Kiai Marzuki, validitas keilmuan yang disampaikan para ulama ahlussunnah wal jamaah bisa terjaga karena dua hal. Pertama terjaganya sanad dalam mempelajari ilmu. Kedua, adanya naskah berupa kitab-kitab turats yang disusun langsung oleh para ulama terdahulu sehingga dapat menjadi rujukan. 

Lebih lanjut, Kiai Marzuki mengatakan gerakan Wahabi berupaya menghilangkan banyak keterangan dalam literatur Islam termasuk menghapus sejumlah hadits yang dianggap bertentangan dengan Wahabi. Itu dilakukan dengan cara menerbitkan kitab hadits terbaru dengan menghapus sejumlah hadits.  Di antaranya hadits tentang Rasulullah senantiasa membaca basmalah hingga hadits tentang bolehnya mendoakan orang yang meninggal. 

"Jadi bahaya pertama tidak nyambung (sanad) ke Rasulullah tapi nyambungnya ke non Muslim. Bahaya kedua mencurangi dalil, ada haditsnya dibilang ngga ada. Mencetak kitab sahih Bukhari sendiri dan dihapus," kata kiai Marzuki. 

Selain itu, Kiai Marzuki menjelaskan, yang juga tak kalah berbahaya dari gerakan Wahabi adalah sikap atau fatwa mengkafirkan golongan lain hingga berujung menghalalkan darah orang lain yang dianggap berseberangan dari gerakannya. Hal itu dinilai  sangat membahayakan keamanan dalam bernegara. 

Kiai Marzuki pun mengajak umat Muslim di Indonesia bersyukur karena para ulama di Tanah Air yang sempat menimba ilmu di Arab Saudi dapat mengamankan banyak turats yang asli sebelum dihancurkan oleh Wahabi ketika berhasil menguasai Aran Saudi pada sekitar 1923. Karena itu, dia meminta umat Islam harus menjaga Indonesia dan Ahlussunah wal jamaah. Ia juga mengingatkan umat untuk kokoh dalam Jam'iyah. Sebab tak sedikit negara-negara di Timur Tengah yang banyak terdapat ulama-ulama Ahlussunah wal jamaah namun dapat dipecah belah lantaran tidak terikat dalam satu Jami'yah. 

"Di pundak umat Islam Indonesia, mungkin NU, mungkin Muhammadiyah, ada dua tanggung jawab yang harus dipikul bareng-bareng. Tanggung jawab pertama amankan semua kitab jangan sampai semua itu rusak sebab di Arab sudah dimusnahkan. Kedua, jaga NKRI jangan mau propaganda untuk merubah NKRI. Propaganda apapun meskipun bertitel negara khilafah, negara syariah itu sejatinya propagandanya kaum wahabi mengatasnamakan Islam," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement