REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi orang yang kaya sangatlah wajar. Allah SWT dan Rasul-Nya pun menghendaki agar umat Islam menjadi orang yang kaya paripurna, yakni kaya lahiriah dan batiniah.
Dalam QS Hud ayat 15 dapat ditemukan keterangan tentang bagaimana Allah SWT mudah untuk menjadikan seseorang menjadi kaya. Kendati demikian, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof KH Nasaruddin Umar, menjelaskan, kekayaan yang terpenting untuk dimiliki seorang hamba bukanlah sekadar banyak harta, melainkan juga memiliki kekayaan jiwa.
"Kekayaan yang paling puncak adalah kaya materi dan kaya jiwa. Orang yang kaya jiwa berarti hartanya digunakan untuk mengalir ke langit," kata Prof Nasaruddin dalam kajian tasawuf di Masjid Agung Sunda Kelapa, beberapa waktu lalu.
Kendati demikian, Imam Besar Istiqlal itu menjelaskan, risiko menjadi orang kaya juga tak kalah besarnya dengan hidup menjadi orang fakir. Apabila kefakiran berpotensi membuat orang kufur hingga menggadaikan keiman annya untuk memperoleh kebutuhan hidup, kekayaan juga berpotensi mendatangkan ke sombongan, kufur nikmat, dan cinta berlebih an terhadap dunia.
Karena itu, Prof Nasaruddin menjelaskan, di antara doa yang dipanjatkan Nabi Muhammad adalah memohon hidup dalam keadaan miskin. Maksudnya yakni agar memiliki perasaan miskin di hadapan Allah SWT. Karena itu, meski memiliki harta yang banyak, seseorang tidak merasa sombong sebab menyadari bahwa Allah Yang Mahakaya dan agar dikumpulkan dengan orang-orang yang sama-sama memiliki perasaan sebagai hamba yang miskin di hadapan Allah.