REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, pasukan Rusia sedang bersiap menyerang Odessa, sebuah kota pelabuhan bersejarah di pantai Laut Hitam. Menurutnya, agresi Rusia ke sana bakal menjadi kejahatan militer.
“Ini akan menjadi kejahatan militer. Ini akan menjadi kejahatan sejarah,” kata Zelensky dalam sebuah pernyataan pada Ahad (6/3/2022). Sejak melancarkan serangan pada 24 Februari lalu, pasukan kian merangsek ke wilayah-wilayah Ukraina.
Pasukan Rusia berhasil menguasai kota Kherson dan mengepung pelabuhan Mariupol. Namun, sebagian besar wilayah Odessa masih berada di bawah kendali pasukan Ukraina.
Kepala staf umum angkatan bersenjata Ukraina, pada Ahad, mengklaim lebih dari 11 ribu tentara Rusia telah tewas sejak melancarkan serangan pada 24 Februari lalu. Sehari sebelumnya, yakni pada Sabtu (5/3/2022), Kiev menyebut korban di pihak Rusia melampaui 10 ribu orang.
Kendati melaporkan jumlah korban di pihak Rusia, Ukraina belum merilis angka resmi tentang berapa banyak tentaranya yang telah gugur sejak pertempuran dimulai pada 24 Februari lalu. Menurut laporan media Ukraina, Kharkiv, kota terbesar kedua di negara tersebut, masih menjadi salah satu medan pertempuran.
Angkatan bersenjata Ukraina mengungkapkan, mereka pun masih melakukan operasi pertahanan di Donetsk timur, Chernihiv, dan di beberapa daerah lainnya. Menurut laporan intelijen militer Inggris, Ukraina terus mengejutkan Rusia dengan skala dan kekuatan perlawanannya.
Hingga berita ini ditulis, jumlah warga Ukraina yang mengungsi ke negara-negara tetangga diperkirakan mencapai 1,5 juta orang. Pekan lalu, Uni Eropa mengungkapkan bahwa mereka menghadapi krisis kemanusiaan terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu sehubungan dengan konflik antara Rusia dan Ukraina.