REPUBLIKA.CO.ID, WASHINTON -- Sanksi yang dijatuhkan pada Rusia atas invasi Ukraina tidak ada hubungannya dengan pembicaraan untuk kesepakatan potensial nuklir dengan Iran, kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken, Ahad (6/3/2022). Pernyataan tersebut disampaikan Blinken setelah sehari sebelumnya ada permintaan Rusia tentang jaminan tertulis dari Washington bahwa tindakan hukuman terhadap Rusia tidak akan merugikan kerja sama (terkait kesepakatan nuklir) Iran.
"Sanksi yang telah diberlakukan ... terhadap Rusia tidak ada hubungannya dengan kesepakatan nuklir Iran dan prospek untuk kembali ke kesepakatan itu," kata Blinken.
"Hal-hal ini benar-benar berbeda dan sama sekali tidak saling terkait. Jadi saya pikir itu tidak relevan," ujar Menlu AS itu.
Dalam sebuah wawancara lewat acara "Face the Nation" CBS, Blinken mengatakan kesepakatan nuklir potensial dengan Iran masih dibahas. Namun, dia memperingatkan bahwa "beberapa masalah tersisa yang sangat menantang" masih belum terselesaikan.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Sabtu (5/3/2022) mengatakan bahwa sanksi Barat yang dijatuhkan atas perang di Ukraina telah menjadi batu sandungan bagi kesepakatan nuklir Iran. Lavrov memperingatkan bahwa kepentingan nasional Rusia harus diperhitungkan.
Pernyataan oleh Rusia itu muncul tak lama setelah Teheran mengatakan telah menyetujui peta jalan dengan pengawas nuklir PBB untuk menyelesaikan masalah-masalah sulit agar dapat membantu mengamankan kesepakatan nuklir. Pernyataan Rusia itu dinilai dapat menggagalkan pembicaraan tidak langsung selama berbulan-bulan tentang kesepakatan nuklir antara Teheran dan Washington di Wina.