REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan tengah melakukan verifikasi lapangan terhadap satu kasus kejadian luar biasa (KLB) dengan temuan penyakit difteri pada anak di Kabupaten Bulukumba.
"Tim Dinkes Sulsel sedang turun untuk melakukan verifikasi dan validasi data terkait verifikasi kebenaran KLB difteri di lapangan," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinkes Sulsel, Husny Thamrin pada Media Breafing Imunisasi rutin dan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Sebelumnya, Dinkes Sulsel telah mengumumkan satu kasus KLB difteri di Kabupaten Bulukumba pada November 2021, sementara kasus terbaru di awal bulan 2022 sedang dilakukan pula tracing untuk mencegah terjadinya penularan.
Husny mengakui bahwa cakupan imunisasi difteri dan campak rubella menurun akibat pandemi Covid-19, yang mengakibatkan aktifitas sekolah terpaksa harus ditutup. Maka dari itu, Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) rutin kembali akan digelar pada Maret hingga April.
Meski terjadi KLB di Sulsel, Kementerian Kesehatan mencatat bahwa capaian imunisasi Sulsel sangat tinggi yakni 98,6 persen. Capaian tersebut bahkan melampaui target nasional di angka 95,1 persen.
Tingginya capaian terbut kini kembali dilakukan pula validasi dan verifikasi data. Dinkes Sulsel diberi waktu hingga Maret untuk crosscek dan memastikan capaian tersebut.
"Berdasarkan laporan cakupan imunisasi rutin kita lumayan tinggi 98 persen melampaui target nasional untuk rutin. Tapi untuk cakupan imunisasi lengkap itu masih sekitar 80 persen karena ada 10 jenis imunisasi di antaranya campak, hepatitis dan lainnya," kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Sulsel dr Arman.
Menanggapi adanya indikasi KLB difteri di Bulukumba, Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Wilayah Sulawesi dan Maluku Henky Widjaja, PhD mengatakan kejadian KLB yang berulang di Bulukumba menunjukkan adanya kebutuhan upaya agresif dari pemerintah untuk memastikan bahwa imunisasi bisa merata.
Selain itu diharapkan penyediaan layanan pemerintah dalam melakukan tracing segera harus digencarkan. Sebab penyakit difteri merupakan penyakit menular, namun sudah bisa dicegah dengan imunisasi yang baik.
Maka dari itu, menurut henky, sangat penting bagi pemerintah menyampaikan ke masyarakat terkait temuan KLB sebagai bahaya nyata ketika imunisasi menurun.
"Kita bersyukur kalau dari kasus KLB yang sudah berlangsung itu, Dinas Kesehatan cukup tanggap melakukan tindakan investigasi pada penelusuran dan pelaporan. Ini juga menunjukkan bahwa pemerintah terbuka tidak menutupi KLB," kata dia.