REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Utusan Khusus Amerika Serikat (AS) untuk Perubahan Iklim John Kerry mengatakan invasi Rusia yang "ilegal, tanpa provokasi dan keji" ke Ukraina dengan satu dan lain cara memperlihatkan perdamaian, keamanan dan stabilitas iklim saling terkait. Hal ini ia sampaikan di rapat Dewan Keamanan PBB tentang Pendanaan Iklim untuk Perdamaian Berkelanjutan.
"Krisis di Ukraina benar-benar memperlihatkan resiko yang kami hadapi pada volatilitas dan ketidakpastian pasar energi saat ini," katanya, Rabu (10/3/2022).
Dalam pidato yang disampaikan secara virtual, Utusan Khusus presiden AS untuk Iklim itu membahas serangan Rusia ke pembangkit listrik tenaga nuklir Ukraina. Ia mengatakan serangan itu berbahaya dan beresiko.
Negara-negara Barat juga mulai khawatir dengan keamanan pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl yang sudah tidak lagi aktif. Rusia merebut fasilitas tersebut di awal invasi. Pembangkit listrik itu sudah kehilangan daya dan harus dibangkitkan dengan generator cadangan.
Selain itu juga ada kekhawatiran mengenai pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang Rusia rebut pekan lalu. AS merespon serangan ini dengan melarang impor minyak, gas alam cair dan batu bara Rusia.
"Dan kini banyak negara yang lain memikirkan ulang ketergantungan mereka pada sumber energi Rusia," kata Kerry.
Ia mengatakan "konflik, ketidakstabilan, kehancuran" di Ukraina terjadi dalam konteks "krisis eksistensial global" dari pemanasan global yang sudah diperingatkan ilmuwan selama puluhan tahun.
Sementara itu Presiden Rusia Vladimir Putin melarang ekspor dan impor bahan mentah serta sejumlah komoditas lain. Larangan diumumkan setelah Presiden AS Joe Biden melarang impor minyak, gas, dan batubara dari Rusia ke AS.