Jumat 11 Mar 2022 01:00 WIB

Konflik SBM ITB, Orang Tua Mahasiswa Gelisah Psikologis Anak Terganggu 

Konflik tersebut menyebabkan proses kegiatan perkuliahan mahasiswa SBM ITB terhenti.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Suasana kawasan gedung Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB yang sepi di Kawasan Kampus ITB, Bandung, Jawa Barat, Kamis (10/3/2022). Aktivitas dan proses belajar mengajar di Kampus SBM ITB untuk sementara tidak beroperasi akibat terjadinya polemik antara forum dosen SBM ITB dengan kebijakan Rektor ITB terkait pencabutan hak swakelola SBM ITB.
Foto: Antara/Novrian Arbi
Suasana kawasan gedung Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB yang sepi di Kawasan Kampus ITB, Bandung, Jawa Barat, Kamis (10/3/2022). Aktivitas dan proses belajar mengajar di Kampus SBM ITB untuk sementara tidak beroperasi akibat terjadinya polemik antara forum dosen SBM ITB dengan kebijakan Rektor ITB terkait pencabutan hak swakelola SBM ITB.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Orang tua mahasiswa SBM ITB gelisah dengan konflik yang terjadi di SBM ITB saat ini. Menurut Perwakilan Forum Orang Tua SBM ITB, Ali Nurdin, kebijakan Rektor ITB yang mencabut otonomi pengelolaan Pendidikan di SBM ITB tanpa melibatkan pihak SBM ITB dan MWA ITB, telah mengakibatkan gangguan terhadap layanan Pendidikan di SBM ITB.

"Ini merugikan anak-anak kami mahasiswa SBM ITB karena proses kegiatan perkuliahan menjadi terhenti. Ya psikologis anak saya pasti keganggu akibat kondisi ini jangankan dosennya anak kami juga terguncang," ujar Ali kepada wartawan, di Kota Bandung, Kamis (10/3).

Menurut Ali, dengan kondisi ini orang tua mahasiswa menguatkan semua anaknya agar sabar serta yakin masalah ini akan berlalu. "Karena saya juga alumni ITB,  saya percaya ITB institusi besar tak mungkin mengorbankan mahasiswanya. Apalagi dengan adanya sikap forum orang tua ini akan jadi perhatian," katanya.

Ali mengatakan, pada tahun ini, di SBM ITB terjadi penurunan anggaran pendidikan dari Rektorat ITB. Yakni hanya Rp 97 miliar. Sementara pada 2021 lebih besar yakni Rp 105 miliar. Padahal, pendapatan dari mahasiwa SBM ITB tahun 2022 ini Rp 160 miliar.

"Tapi, kenapa dana pendidikan yang diberikan rektorat malah dananya menurun. Sementara dana dari mahasiswa pada 2021 ada Rp 142 miliar, tapi dana yang dikembalikan ke mahasiswa bisa Rp 105 miliar," katanya.

Menurutnya, berkuranganya anggaran ini berdampak pada mutu pendidikan. Jadi, orang tua menuntut ada penjaminan mutu dari ITB.

"Anak saya di kelas internasional setahun membayar Rp 120 juta. Masuk tahun 2021," ujar ayah dari Yusuf Ahmad Rizky ini.

Menurut Ali, pihaknya pun sangat mengkhawatirkan masa depan pendidikan anaknya yang tidak mendapatkan kualitas pendidikan seperti janji-janji dan program yang diberikan saat pendaftaran.

Sebelumnya, kata Ali, telah dilangsungkan pertemuan antara orang tua mahasiswa SBM ITB dengan MWA ITB pada tanggal 22 Desember 2021 untuk membahas masa depan pendidikan mahasiswa SBM ITB. 

Dalam pertemuan tersebut, kata dia, MWA ITB menjamin bahwa kualitas dan layanan pendidikan di SBM ITB tidak akan berubah akibat dari pencabutan otonomi pengelolaan pendidikan di SBM ITB. 

MWA ITB juga, kata dia, menginformasikan kalau telah meminta Rektor ITB untuk segera menyelesaikan kemelut di SBM ITB. Atas anjuran dari MWA ITB pada pertemuan tersebut juga, forum orang tua mahasiswa mengirim surat permohonan audiensi ke Rektor ITB untuk mendapatkan penyelesaian atas permasalahan yang sedang terjadi. 

"Tetapi, permintaan MWA ITB dan permohonan orang tua tidak digubris oleh Rektor ITB," katanya. Karenanya, Ali mengatakan, pihaknya kecewa dengan sikap Rektor ITB yang tidak aspiratif terhadap orang tua mahasiswa serta stakeholders lainnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement