REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah menunjuk Abu al-Hassan al-Hashimi al-Qurashi sebagai pemimpin baru mereka.
Al-Hashimi terpilih setelah kematian pemimpin sebelumnya, Abu Ibrahim al-Qurashi yang meledakkan dirinya dalam serangan oleh pasukan khusus Amerika Serikat di barat laut Suriah.
Rekaman audio berdurasi lebih dari 12 menit yang diposting ke media sosial pada Kamis lalu, memperkenalkan emir ISIS baru itu. Tampaknya, Abu al-Hassan al-Hashimi ini telah memimpin ISIS tak lama setelah kematian pendahulunya.
"Dewan Syura Negara Islam tidak menunda, karena setelah pembunuhan Syekh Abu Ibrahim al-Qurashi, para mujahidin berjanji setia kepada mujahid besar, dengan pedang halus, Abu al-Hassan al-Hashimi al-Qurashi," menurut terjemahan rekaman oleh SITE Intelligence Group, dilansir dari Voa News, Jumat (11/3/2022).
Masih menurut pernyataan dalam audio, Abu al-Hassan al-Hashimi dipilih oleh pendahulunya, menjadi amir ketiga untuk memimpin ISIS. Pemimpin pertama kelompok itu, ialah Abu Bakr al-Baghdadi yang bunuh diri dalam serangan Amerika Serikat di barat laut Suriah, pada 2019.
Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurashi yang sama-sama tertutup, juga dikenal dengan beberapa nama lain termasuk Hajji Abdallah dan Amir Muhammad Sa'id Abdal-Rahman al-Mawla, ditunjuk sebagai penggantinya lima hari kemudian.
Setelah kematian Abu Ibrahim, beberapa analis berspekulasi ISIS akan menunda pertemuan para pemimpin senior yang diperlukan untuk menunjuk penggantinya karena kekhawatiran pasukan Amerika Serikat mungkin telah memperoleh informasi intelijen tentang praktik keamanan kelompok itu selama serangan awal Februari.
Menurut juru bicara ISIS yang baru, Abu Umar al-Muhajir, tampaknya tidak demikian. "(Saya) tidak yakin kita bisa tahu persis kapan itu dibuat," kata seorang rekan di Institut Washington Aaron Zelin.
"Ada desas-desus tentang Abu al-Hassan sejak beberapa hari setelah kematian Abu Ibrahim, jadi masuk akal bila itu adalah keputusan yang relatif cepat," kata Zelin, menambahkan bahwa kekhawatiran tentang keamanan mungkin telah menunda pengumuman publik.
Baca juga: 3 Tanda yang Membuat Mualaf Eva Yakin Bersyahadat
Para pejabat Amerika Serikat yang dihubungi oleh VOA menolak untuk mengomentari pengumuman ISIS atau identitas pemimpin baru itu, meskipun pilihan namanya mengikuti pola yang sudah dikenal.
Seperti pendahulunya, Abu al-Hassan memilih nama yang dirancang untuk menunjukkan bahwa dia adalah keturunan klan Hasyim dari suku Quraisy, yang dengan garis keturunan akan menghubungkannya dengan Nabi Muhammad SAW, persyaratan ISIS untuk setiap calon khalifah.