REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presidensi Group of Twenty (G20), yang berlangsung selama setahun dengan lebih 150 pertemuan dari tingkat working group, menteri, hingga kepala negara, dinilai membawa manfaat untuk transisi energi di Indonesia. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan Indonesia sebagai tuan rumah Presidensi G20 mempunyai hak untuk menyusun maupun mengusulkan topik untuk dibahas di dalam forum tersebut.
"Tentunya, topik (transisi energi) nanti akan memastikan bahwa kepentingan nasional tetap menjadi prioritas, di saat yang sama ini mendorong G20 agar secara bersama-sama mendapatkan manfaatnya," kata Dadan di Jakarta, Jumat (11/3/2022).
Posisi Indonesia selaku tuan rumah perhelatan G20 membuat pemerintah mengusulkan topik transisi energi masuk ke dalam pertemuan tersebut. Indonesia mengusung tiga isu prioritas terkait topik transisi energi.
Pertama, memastikan akses masyarakat terhadap energi tetap terjamin, terjangkau, dan tersedia. Pemerintah akan mendorong isu tersebut karena Indonesia sebagai negara berkembang masih mempunyai sejumlah tantangan untuk memastikan seluruh masyarakat mendapatkan akses listrik.
"Memang tidak banyak, tapi masih tersisa, masih ada masyarakat kita yang belum mendapatkan akses listrik, di samping ini akan memberikan pesan kepada dunia bahwa urusan akses adalah hal yang penting," jelas Dadan.
Kementerian ESDM menitikberatkan akses energi kepada energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua terutama energi untuk elektrifikasi dan memasak bersih.Kemudian, isu prioritas kedua terkait dengan pemanfaatan teknologi.
Presidensi G20 akan membawa manfaat bagi Indonesia untuk mendorong transfer teknologi dari negara-negara maju untuk dibawa ke dalam negeri. Beberapa teknologi yang akan diupayakan dalam presidensi G20 adalah sistem penyimpanan energi, penangkapan dan penyimpanan karbon, hingga pembangunan industri hijau.
Selanjutnya, isu ketiga tentang pendanaan. Pemerintah Indonesia melakukan berbagai komunikasi bilateral untuk mendapatkan dukungan terkait sektor energi di G20.
Dadan mengatakan bahwa proses transisi energi memerlukan biaya, tapi pihaknya melihat itu justru sebuah peluang. Kegiatan ekonomi akan bertambah dengan investasi-investasi yang akan masuk melalui peningkatan pemanfaatan sumber daya alam, sehingga nantinya akan bisa menyerap tenaga kerja di dalam negeri dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
"Ada tiga topik yang kami usulkan, yakni, akses, teknologi dan pendanaan. Tiga hal ini sangat penting buat Indonesia untuk mempercepat transisi energi ini," ujar Dadan.