Senin 14 Mar 2022 11:53 WIB

Wapres Sebut Kebutuhan Air Meningkat Tiga Kali Lipat Saat Pandemi

Tahun 2025 diprediksi setengah populasi dunia mengalami kelangkaan air.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus raharjo
Wapres Harapkan Tiga Sumbangan Peran dari Organisasi Keagamaan.  Foto: Wapres KH Maruf Amin
Foto: Dok Republika
Wapres Harapkan Tiga Sumbangan Peran dari Organisasi Keagamaan. Foto: Wapres KH Maruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyoroti pentingnya akses ketersediaan air bersih. Sebab, kata Wapres, kebutuhan akan air bersih semakin meningkat saat ini, salah satunya karena pandemi Covid-19.

Wapres mengatakan menurut studi terbaru Indonesia Water Institute, konsumsi air bersih selama pandemi Covid-19 meningkat. "Pada akhir tahun 2020 konsumsi air bersih selama pandemi Covid-19 meningkat tiga kali lipat dibandingkan sebelum pandemi, dengan total konsumsi air rumah tangga mencapai 900 hingga 1.400 liter per hari," kata Wapres pada saat membuka acara Asia International Water Week ke-2 di Labuan Bajo, NTT, Senin (14/3/2022).

Baca Juga

Wapres mengatakan, semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk tidak diikuti dengan ketersediaan air, yang berakibat terjadi kesenjangan antara ketersediaan air dan kebutuhan air. Hal tersebut menyebabkan krisis air yang serius di banyak wilayah di dunia.

Kiai Ma'ruf menyebut, sekitar 2/3 dari jumlah populasi dunia mengalami kelangkaan air yang parah, setidaknya dalam satu bulan setiap tahun. Selain itu, lebih dari dua miliar orang hidup di negara yang persediaan airnya tidak mencukupi.

Pada tahun 2025, diperkirakan setengah dari populasi dunia akan mengalami kelangkaan air atau water scarcity. Di tahun 2030, sekitar 700 orang dapat mengungsi karena kelangkaan air lebih lanjut. "UNICEF juga menyebut pada tahun 2040 kira-kira satu dari empat anak di seluruh dunia akan tinggal di daerah yang tingkat kesulitan mendapatkan airnya sangat tinggi," ujarnya.

Karena itu, Wapres menilai pengelolaan sumber daya air memerlukan berbagai pendekatan dan kebijakan yang melibatkan multisektoral, khususnya negara di kawasan Asia Pasifik. Ini karena, sebagai rumah bagi 60 persen populasi dunia, kawasan Asia Pasifik memiliki 36 persen sumber daya air dunia, sehingga ketersediaan air per kapitanya terendah di dunia.

Masalah tersebut diperburuk dengan tingkat pencemaran air yang tinggi dengan lebih dari 80 persen air limbah yang dihasilkan di negara-negara berkembang di kawasan tidak diolah. Hal krusial lain adalah pengambilan air tawar yang tidak berkelanjutan, melebihi setengah dari total ketersediaan air. Sementara penelitian menunjukkan bahwa penggunaan air tanah akan meningkat 30 persen pada tahun 2050.

"Kita memiliki visi yang sama yaitu tersedianya air bersih yang cukup dan berkelanjutan untuk semua. Untuk itu, Indonesia terus berupaya untuk mengelola pemanfaatan air secara berkelanjutan," katanya.

"Saya berharap dari Asia International Water Week ini dapat dihasilkan terobosan untuk menghasilkan masalah air di kawasan kita," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement