REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, Indonesia telah berhasil melewati puncak kasus Omicron yang ditunjukkan dengan tren perbaikan kasus. Pada kasus positif mingguan tercatat telah mengalami penurunan sebesar 64 persen setelah mencapai puncak tertingginya pada pertengahan Februari lalu.
Sedangkan pada kasus kematian juga mulai menunjukan tren penurunan hingga 10 persen dari puncak.
“Indonesia telah berhasil melalui puncak Omicron yang ditunjukkan dengan tren perbaikan data-data kasus secara menyeluruh,” ujar Wiku saat konferensi pers melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (15/3/2022).
Selain itu, perbaikan kasus juga terlihat pada data kasus aktif, kesembuhan, dan juga angka keterisian tempat tidur atau BOR. Jika pada minggu lalu terdapat 470 ribu kasus aktif, Wiku menyebut pada minggu ini hanya terdapat 340 ribu atau 5,82 persen kasus aktif.
Penurunan kasus aktif ini juga didukung dengan penambahan kasus kesembuhan. Pada minggu ini, terdapat 270 ribu orang sembuh sehingga meningkatkan persentase kesembuhan hingga mencapai 91,6 persen. Sedangkan pada minggu lalu persentase kesembuhan hanya sebesar 89,11 persen.
Wiku menyampaikan, penurunan kasus aktif dan peningkatan kesembuhan ini juga berdampak pada penurunan angka keterpakaian tempat tidur atau BOR. Jika pada 6 Maret 2022 terdapat hampir 30 persen tempat tidur Covid-19 terpakai, kini angkanya mengalami penurunan. Per 13 Maret 2022 tercatat hanya terdapat sekitar 20 persen keterpakaian tempat tidur.
“Tentunya keberhasilan Indonesia melewati puncak Omicron ini hanya dapat tercapai berkat upaya keras masyarakat yang tertib menerapkan kebijakan pengendalian yang telah dirumuskan oleh pemerintah,” jelas Wiku.
Karena itu, ia pun menyampaikan apresiasinya kepada masyarakat yang tetap menjalankan kedisiplinan protokol kesehatan dan melengkapi vaksin dosis lengkap serta booster. Satgas juga mengapresiasi kinerja seluruh lapisan pemerintah baik pusat maupun daerah yang telah berupaya mengendalikan kasus melalui kebijakan berlapis.
Wiku mengingatkan masyarakat, setelah keberhasilan pengendalian pandemi ini tercapai, maka tongkat estafet pengendalian kasus akan lebih banyak berpindah pada setiap individu dan kelompok.
“Jika di masa genting dianggap perlu pengendalian kasus segera dengan kebijakan berlapis yang ditetapkan pemerintah, di masa adaptasi ini kebijakan-kebijakan tersebut mulai disesuaikan kembali,” ujar dia.
Ia menjelaskan, seluruh langkah pengendalian tersebut akan dikembalikan pada tanggung jawab baik individu maupun kelompok seperti perkantoran, sekolah, mall, ataupun restoran. Wiku pun mengingatkan, penurunan kasus positif ini tak berarti virus Covid-19 benar-benar hilang dari Indonesia.
“Untuk itu, setiap kita masih memiliki tanggung jawab untuk melindungi diri kita sendiri dan orang lain, termasuk kelompok rentan,” tambah Wiku.