Rabu 16 Mar 2022 14:39 WIB

Erdogan Utus Menlu ke Ukraina-Rusia

Turki dinilai jadi simbol harapan setelah pertemuan Rusia-Ukraina tak buahkan hasil.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Erdogan mengatakan pada Selasa (15/3/2022), telah mengirim Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu ke Moskow dan Kiev pada pekan ini.
Foto: AP Photo/Franc Zhurda
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Erdogan mengatakan pada Selasa (15/3/2022), telah mengirim Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu ke Moskow dan Kiev pada pekan ini.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Selasa (15/3/2022), telah mengirim Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu ke Moskow dan Kiev pada pekan ini. Utusan diplomasi ini sebagai bagian dari upaya mediasi Turki untuk mengamankan gencatan senjata di Ukraina.

"Saya mengirim menteri luar negeri saya ke Rusia malam ini. Dia akan mengadakan pembicaraan di Moskow besok, dan melakukan perjalanan ke Kiev pada Kamis (17/3/2022)," kata Erdogan setelah rapat kabinet.

Baca Juga

Anggota NATO ini berbagi perbatasan laut dengan Ukraina dan Rusia di Laut Hitam. Ankara pun memiliki hubungan baik dengan keduanya dan telah menawarkan untuk menengahi masalah dengan telah menyuarakan dukungan untuk Ukraina, tetapi juga menentang sanksi terhadap Rusia.

Erdogan juga mengatakan akan bertemu Presiden Polandia Andrzej Duda untuk pembicaraan di Ankara pada Rabu (16/3/2022). Turki, menurutnya, telah menjadi simbol harapan setelah menjadi tuan rumah menteri luar negeri Rusia dan Ukraina pekan lalu untuk pembicaraan tingkat tinggi pertama antara pihak yang bertikai. Meski pembicaraan di resor Antalya itu tidak membuahkan hasil yang nyata.

Ukraina mengatakan pada akhir pekan lalu, bahwa telah bekerja dengan Turki dan Israel sebagai mediator. Mereka bertugas untuk menetapkan tempat dan kerangka kerja untuk negosiasi dengan Rusia

Sementara menjalin hubungan dekat dengan Rusia pada energi, pertahanan, perdagangan, dan sangat bergantung pada turis Rusia, Turki juga telah menjual drone ke Ukraina. Turki pun menentang kebijakan Rusia di Suriah dan Libya, serta aneksasi Krimea pada 2014.

Erdogan telah berulang kali mengatakan Turki tidak akan meninggalkan hubungannya dengan Rusia atau Ukraina. Dia mengatakan kemampuan Ankara untuk berbicara dengan kedua belah pihak adalah aset.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement