REPUBLIKA.CO.ID, KABUL — Dewan Keamanan PBB pada Kamis (17/3), memilih untuk membangun hubungan formal dengan Imarah Islam Afghanistan. PBB memiliki alasan tersendiri memilih menjalin hubungan dengan negara yang dikuasai Taliban dan belum mendapat pengakuan internasional itu.
PBB menyatakan, hubungan ini terjalin dalam rangka menyetujui resolusi yang tidak menggunakan kata Taliban dan merinci mandat satu tahun baru misi politik PBB di Afghanistan. PBB menekankan, bahwa misinya sangat "penting" untuk perdamaian di negara itu.
Resolusi yang dimaksud, mencakup beberapa untaian kerja sama, di bidang kemanusiaan, politik, dan hak asasi manusia, termasuk perempuan, anak-anak dan jurnalis. Berdasarkan hasil pemungutan suara menyimpulkan, bahwa 14 negara mendukung, dengan satu abstain oleh Rusia.
“Mandat baru untuk UNAMA (misi PBB untuk Afghanistan) ini sangat penting tidak hanya untuk menanggapi krisis kemanusiaan dan ekonomi yang segera terjadi, tetapi juga untuk mencapai tujuan utama perdamaian dan stabilitas di Afghanistan,” kata Duta Besar Norwegia untuk PBB Mona Juul, yang negaranya menyusun resolusi itu, dilansir dari Alarabiya, Jumat (18/3/2022).
“Dewan memberikan pesan yang jelas dengan mandat baru ini: UNAMA memiliki peran penting untuk dimainkan dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas di Afghanistan dan untuk mendukung rakyat Afghanistan saat mereka menghadapi tantangan dan ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Juul.
Afghanistan jatuh ke tangan Taliban sejak pertengahan Agustus 2021 lalu. Negara yang selama ini bergantung pada bantuan Barat, segera kehilangan keseimbangannya.
Dana darurat Afghanistan yang sebagian besar merupakan sumbangan Barat dibekukan pasca-Taliban mengambil alih. Rakyatnya semakin menderita karena terjangan ekonomi yang semakin sulit.
Banyak anak-anak putus sekolah karena harus bekerja untuk mendapatkan makanan. Banyak juga orang tua yang menjual anaknya dengan alibi pernikahan, hanya untuk mengurangi jumlah mulut yang harus diberi makan dalam keluarganya.
Ditambah lagi, Taliban memperparah dengan aturan larangan bagi wanita Afghanistan untuk bepergian sendiri tanpa pendampingan laki-laki. Sehingga banyak wanita yang memilih menyamar seperti pria hanya agar dia bisa bekerja untuk memberi makan anaknya yang sudah menjadi yatim.
Sumber: alarabiya