Sabtu 19 Mar 2022 13:20 WIB

Antibodi Tinggi Bukan Jaminan tidak Terinfeksi Covid-19

Sebanyak 86,6 persen populasi Indonesia memiliki antibodi terhadap Covid-19.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ratna Puspita
Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) yang melakukan survei serologi atau sero survey, Iwan Ariawan, mengatakan, memiliki antibodi tinggi terhadap SARS-CoV-2 bukan berarti seseorang tidak dapat terinfeksi. Ilustrasi
Foto: Pixabay
Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) yang melakukan survei serologi atau sero survey, Iwan Ariawan, mengatakan, memiliki antibodi tinggi terhadap SARS-CoV-2 bukan berarti seseorang tidak dapat terinfeksi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) yang melakukan survei serologi atau sero survey, Iwan Ariawan, mengatakan, memiliki antibodi tinggi terhadap SARS-CoV-2 bukan berarti seseorang tidak dapat terinfeksi. Kendati demikian, antibodi tinggi mengurangi risiko sakit parah dan kematian.

"Mereka masih mungkin terinfeksi tapi risiko terjadinya sakit parah kemudian meninggal akan jauh lebih berkurang,” ucapnya dalam keterangan dikutip Sabtu (19/3).

Baca Juga

Tim Pandemi FKM UI bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengumumkan hasil survei serologi antibodi penduduk Indonesia terhadap virus SARS-CoV-2 pada Jumat (18/3) kemarin. Hasilnya, sebanyak 86,6 persen populasi Indonesia memiliki antibodi terhadap Covid-19.

Survei serologi dilakukan pada November-Desember 2021. Artinya, 86,6 persen penduduk Indonesia memiliki kekebalan terhadap Covid-19 itu pada bulan tersebut. Seiring dengan masih dilakukannya vaksinasi Covid-19, jumlah penduduk yang memiliki kekebalan terhadap Covid-19 akan semakin bertambah. 

Survei juga menunjukkan proporsi antibodi pada orang yang sudah divaksinasi, baik yang sudah terpapar Covid-19 maupun yang belum, lebih tinggi dibandingkan orang yang belum divaksinasi. Proporsi antibodi pada kelompok belum pernah terdeteksi virus SARS-CoV-2 dan belum divaksinasi sebesar 73,9 persen.

Sementara, orang yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis pertama memiliki proporsi antibodi yang lebih tinggi, yakni 91,3 persen. Orang yang sudah vaksin dosis kedua memiliki proporsi antibodi lebih tinggi dari kedua kategori di atas, yakni 99,1 persen. 

Selanjutnya, orang yang pernah terinfeksi SARS-CoV-2 dan belum divaksinasi memiliki proporsi antibodi lebih tinggi dibandingkan orang yang belum pernah terinfeksi SARS-CoV-2 dan belum divaksinasi. Survei menunjukkan orang yang pernah terinfeksi dan belum divaksinasi memiliki proporsi antibodi sebesar 88 persen.

Sementara, orang yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis pertama memiliki proporsi antibodi 96 persen. Orang yang sudah vaksin dosis kedua memiliki proporsi antibodi 99,4 persen.

Survei serologi dilakukan berdasarkan wilayah aglomerasi meliputi 47 kabupaten/kota di sembilan provinsi dan wilayah non-aglomerasi meliputi 53 kabupaten/kota di 25 provinsi. Target sampel untuk wilayah aglomerasi 10.280 penduduk di 514 desa/kelurahan. Dari angka itu, tim berhasil mendapatkan data 92,8 persen atau 9.541 penduduk.

Di wilayah non-aglomerasi, tim menargetkan sampel sebanyak 11.600 penduduk pada 580 desa/kelurahan. Dari angka itu, data yang terkumpul mencapai 93,6 persen atau 10.969 penduduk.

Data yang terkumpul tidak mencapai 100 persen karena ada beberapa orang yang menolak atau tidak bisa mengikuti survei. Responden adalah penduduk Indonesia yang berusia 1 tahun ke atas. Di setiap desa atau kelurahan terpilih, tim memilih sampel secara acak, yakni 20 penduduk sebagai sampel utama dan 60 penduduk sebagai sampel cadangan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement