REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- PLN mendorong pemerintah daerah (pemda) membangun fasilitas umum menggunakan fly ash dan bottom ash (FABA) PLTU Amurang, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara (Sulut). Manajer PLN UPDK Minahasa, Andreas Arthur Napitupuludi Minahasa, Sabtu (19/3/2022), mengatakan pihaknya telah melakukan sosialisasi pada Pemda terkait manfaat FABA dari sisa pembakaran batu bara PLTU Amurang.
FABA, kata Andreas secara luas telah dimanfaatkan sebagai material pendukung untuk sektor infrastruktur, stabilisasi lahan, reklamasi pada lahan bekas tambang dan sektor pertanian. "Artinya FABA memiliki multiplayer effect bagi perekonomian, di Indonesia penggunaan FABA masih minim, tapi di negara maju khususnya Asia, 90 persen dari jumlah produksi FABA telah dimanfaatkan untuk substitusi material konstruksi," ujarnya.
Melihat potensi besar FABA, maka kata Andreas pihaknya akan terus mensosialisasikan manfaat FABA sehingga masyarakat akan lebih paham bahwa material ini bisa membantu pembangunan infrastruktur di daerah. "FABA telah digunakan pada beberapa proyek fisik seperti di Pacitan untuk pembuatan jalan dan sarana olah raga," kata Andreas.
Pada saat ini, katanya, UPDK Minahasa telah melakukan beberapa upaya pemanfaatan FABA yakni pembanguan Gereja Bukit Zaitun di Tomohon, pembuatan jalan Akses Air Terjun Kulung-Kulung di Minahasa Selatan, pembangunan Ruang Serbaguna Kodim Minahasa serta pembangunan Kantor PLTA Tanggari.
Fly Ash (abu terbang) adalah salah satu residu yang dihasilkan dalam pembakaran batu bara dan yang berbentuk partikel-partikel halus yang ditangkap oleh alat pengendali pencemaran udara Bernama ESP (electrostatic precipitator). Sedangkan Bottom Ash merupakan sisa pembakaran batu bara yang berada dalam tungku pembakaran yang secara rutin dikeluarkan dari tungku pembakaran.
"Adapun PLTU Amurang tidak menghasilkan Bottom ash, karena disirkulasi Kembali masuk ke dalam boiler," katanya.