Ahad 20 Mar 2022 15:26 WIB

Ukraina akan Dapat Pasokan Misil Javelin dan Stinger dari AS

Misil Javelin dan Stinger bakal tercakup dalam bantuan militer Washington.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Dwi Murdaningsih
Anggota Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina berlatih menggunakan senjata anti-tank NLAW di pinggiran Kyiv, Ukraina, Rabu, 9 Maret 2022.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Anggota Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina berlatih menggunakan senjata anti-tank NLAW di pinggiran Kyiv, Ukraina, Rabu, 9 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Ukraina akan menerima pasokan senjata lanjutan dari Amerika Serikat (AS) untuk melawan agresi Rusia. Misil Javelin dan Stinger bakal tercakup dalam bantuan militer Washington.

“(Senjata dari AS) akan berada di wilayah negara kami dalam waktu dekat. Kita bicara tentang beberapa hari,” kata Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Oleksiy Danilov dalam sebuah wawancara yang disiarkan stasiun televisi pada Sabtu (19/2/2022).

Baca Juga

Sebelumnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah menyampaikan terima kasih kepada AS atas bantuan militer terbaru untuk negaranya. Namun dia enggan mengungkap detail bantuan militer yang diberikan Negeri Paman Sam. Hal itu bertujuan mengejutkan pasukan Rusia.

“Mereka tidak tahu apa yang mereka miliki atau bagaimana kami bersiap menghadapi serangan,” ujar Zelensky pada Kamis (18/3) lalu.

Dia mengakui, dengan bantuan militer AS dan sekutu lainnya, pertahanan Ukraina menjadi lebih kuat. Ukraina menolak mengungkapkan strategi atau taktik menghadapi Rusia selagi proses negosiasi masih berlangsung. "Bekerja lebih banyak dalam diam dibanding di televisi, radio atau Facebook, saya menganggapnya itu cara yang benar," kata Zelensky.  

Saat ini Rusia masih menggempur kota pelabuhan Mariupol. Ratusan warga sipil dilaporkan berlindung di gedung teater pusat kota tersebut. Konfrontasi yang masih intens menyulitkan proses evakuasi penduduk. "Kami harap dan kami pikir sejumlah orang yang bertahan di tempat perlindungan dapat selamat," kata pejabat di kantor walikota Mariupol, Petro Andrushchenko.

Ia mengatakan gedung itu memiliki ruang bawah tanah yang relatif modern. Dirancang untuk bertahan dari serangan udara. Video dan foto-foto yang ditunjukan militer Ukraina memperlihatkan gedung tiga lantai sudah tidak lagi memiliki atap dan sejumlah dindingnya roboh.

Sejak Rusia melancarkan serangan pada 24 Februari lalu, sebanyak 3 juta warga Ukraina telah mengungsi ke negara-negara tetangga. Sekitar 2 juta di antaranya diterima di Polandia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement