Ahad 20 Mar 2022 19:39 WIB

Pakar: Kematian Jenderal Berdampak Besar pada Komando Rusia 

Jumlah pasukan Rusia yang tewas di Ukraina menurunkan 10 persen keefektifan tempur.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Deretan kereta bayi kosong dijejerkan di alun-alun pusat Kota Lviv di Ukraina barat sebagai simbol terenggutnya nyawa anak-anak dalam invasi Rusia, Jumat (18/3/2022).
Foto: EPA-EFE/MYKOLA TYS
Deretan kereta bayi kosong dijejerkan di alun-alun pusat Kota Lviv di Ukraina barat sebagai simbol terenggutnya nyawa anak-anak dalam invasi Rusia, Jumat (18/3/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, LVIV -- Peneliti keamanan Rusia di think tank Amerika Serikat (AS) CNA Dmitry Gorenburg mengatakan jumlah pasukan Rusia yang tewas dan terluka di Ukraina menurunkan hampir 10 persen keefektifan tempur mereka. Gorenburg mengatakan tewasnya empat dari 20 jenderal Rusia di Ukraina akan berdampak besar pada komando.

Rusia kehilangan 64 pasukan dalam perang selama lima hari di Georgia pada tahun 2008. Sekitar 15 ribu pasukan Rusia tewas dalam perang 10 tahun di Afghanistan dan lebih dari 11 ribu pasukan tewas dalam perang di Chechnya.

Baca Juga

Mantan kepala lembaga think tank Inggris, Royal United Services Institute, Michael Clarke mengatakan Rusia membutuhkan 800 ribu pasukan untuk menguasai Ukraina dalam jangka panjang demi menghadapi perlawanan bersenjata. Sekitar setengah dari seluruh pasukan aktif mereka.

"Kecuali Rusia berniat genosidal (bunuh diri) sepenuhnya — mereka meratakan semua kota-kota besar, dan rakyat Ukraina akan bangkit melawan pendudukan Rusia — akan terjadi perang gerilya terus-menerus," kata Clarke, Ahad (20/3/2022).

Pada Sabtu (19/3/2022) kemarin militer Rusia mengatakan pertama kalinya mereka menggunakan rudal hipersonik dalam invasi ke Ukraina. Mayor Jenderal Igor Konshenkov mengatakan rudal Kinzhal menghancurkan gudang bawah tanah yang digunakan untuk menyimpan rudal-rudal dan amunisi penerbangan Ukraina di Ivano-Rankivksk.

Rusia mengatakan Kinzhal yang ditembakan dari pesawat tempur MiG-31 dapat menjangkau target sejauh 2.000 kilometer dan terbang dengan kecepatan 10 kali dari kecepatan suara. Juru bicara Departemen Pertahanan AS John Kirby mengatakan AS belum dapat mengkonfirmasi penggunaan rudal hipersonik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement