REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, Jawa Barat mengikuti arahan Wapres agar tiap pesantren mengikuti program One Pesantren One Product (OPOP). Saat ini, Ridwan mengatakan, lebih dari 3 000 pesantren di Jabar telah memiliki usaha syariah sendiri.
"Jadi, selama tiga tahun arahan Wapres sudah kami laksanakan sehingga pesantren pesantren yang punya bisnis itu sudah lebih dari 3.000," kata Ridwan Kamil saat mendampingi Wapres menghadiri acara Peresmian Peluncuran Digitalisasi Pertanian di Pondok Pesantren Al Ittifaq, Selasa (23/3).
Bahkan, Ridwan mengungkap, sekitar 17 persen dari 3.000 pesantren tersebut telah memanfaatkan teknologi digital dalam bisnisnya. Hal ini dampak dari edukasi kepada masyarakat.
"(Sekarang) kasih makan ikan pakai _handphone_ (Hp), kasih makan ayam, nyiram tanaman, termasuk (Ponpes) Al Ittifaq juga begitu ya. Jadi semua sudah dengan _internet of things_, itulah masa depan pangan Jawa Barat sesuai arahan Wapres yang akan dikembangkan," ujarnya.
Dia mengatakan, konsep bisnis korporasi pertanian di Pesantren Al Ittifaq ini juga sudah masuk kategori kelas dunia dengan kerja sama dengan Jepang, Belanda dan negara lainnya. Karena itu, ia meminta agar tidak memandang rendah ekonomi pesantren.
"Jangan anggap remeh ekonomi di pesantren. Kerja samanya sudah dengan Jepang dan Belanda, teknologi setara dengan mereka di dunia dan diselenggarakan bukan oleh korporasi besar, tapi sama pesantren," katanya.
Ridwan menuturkan, melalui program Digitalisasi Pertanian di Ponpes Al Ittifaq yang diresmikan Wapres itu juga, akan mementori pesantren-pesantren kecil yang memiliki usaha sendiri memfasilitasi penjualan produknya.
"Pesantren yang kecil-kecil nanti dimentori dan difasilitasi penjualannya via (Ponpes) Al Ittifaq ini, karena kadang-kadang kalau dari pesantren langsung ke pasar, itu banyak dinamika yang akhirnya merugikan," katanya.
Dia pun berharap, pesantren-pesantren kecil sebaiknya bersatu dalam korporasi bisnis yang misalnya dimotori Al Ittifaq, kemudian Al Ittifaq yang bernegosiasi dengan pasar.
"Jadi secara statistik itu dan insya Allah seluruh pesantren diharapkan punya model bisnis mendekati apa yang ada di sini," harapnya.