REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, mengatakan, Presiden Joe Biden akan berkoordinasi dengan sekutunya untuk memberikan bantuan militer kepada Ukraina, dan menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia. Sullivan menambahkan, Biden sedang mengerjakan upaya jangka panjang untuk meningkatkan pertahanan di Eropa Timur.
"Perang ini tidak akan berakhir dengan mudah atau cepat. Selama beberapa bulan terakhir, Barat telah bersatu. Presiden melakukan perjalanan ke Eropa untuk memastikan kita tetap bersatu," ujar Sullivan.
Biden akan melakukan perjalanan ke Eropa untuk memperkuat persatuan dengan sekutu Washington. Biden dijadwalkan menghadiri pertemuan darurat NATO pada Kamis (24/3/2022). Biden juga dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin Kelompok Tujuh (G7) dan berpidato di Uni Eropa pada sesi Dewan Eropa.
"Dia akan bergabung dengan mitra kami dalam menjatuhkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia, dan memperketat sanksi yang ada untuk menindak penghindaran serta memastikan penegakan yang kuat," kata Sullivan.
Sullivan mengatakan, Biden akan mengumumkan aksi bersama untuk mengurangi ketergantungan Eropa pada gas Rusia. Biden melarang impor minyak dan gas Rusia. Beberapa negara Eropa, yang lebih banyak bergantung pada pasokan Rusia juga berjanji untuk bergerak menuju kemandirian energi.
Biden kemudian akan mengunjungi Polandia, dan dijadwalkan bertemu dengan Presiden Andrzej Duda serta pasukan AS yang ditempatkan di negara itu. Biden telah berulang kali berjanji untuk mempertahankan "setiap inci" wilayah NATO. Aliansi tersebut memiliki pakta pertahanan kolektif yang menyatakan bahwa, serangan terhadap satu anggota dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota. Deskripsi Sullivan tentang perjalanan Biden adalah sebuah pertanda bahwa krisis memasuki fase baru dan tidak pasti.
Sejauh ini negosiasi antara Ukraina dan Rusia belum menghasilkan gencatan senjata atau jalan untuk mengakhiri konflik. Sementara AS terus mengirimkan senjata seperti rudal anti-tank ke pasukan Ukraina.
Efek riak perang juga telah menyebar. Biden memperingatkan bahwa, Rusia dapat merencanakan serangan siber yang akan memengaruhi perusahaan AS. Biden juga berbicara dengan Presiden China Xi Jinping, dan memperingatkan agar Beijing tidak mendukung Rusia dengan bantuan militer atau keuangan. Sementara itu, seorang pejabat tinggi Departemen Luar Negeri mengunjungi India, tak lama setelah New Delhi memutuskan untuk membeli lebih banyak minyak dari Rusia.
"Ini adalah salah satu momen yang menentukan bagi seorang pemimpin Amerika yang mendefinisikan warisan mereka secara internasional,” kata sejarawan kepresidenan di Universitas New York, Timothy Naftali.
Para pemimpin Polandia telah mendesak misi penjaga perdamaian Barat untuk campur tangan di Ukraina. AS dan sekutu Barat menilai, langkah itu dapat menyebabkan perluasan perang. Kepemimpinan Polandia juga menginginkan kehadiran militer yang meningkat di sepanjang sisi timur NATO.
Pekan lalu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mempertimbangkan pertahanan yang harus disiapkan di sisi timur wilayah NATO yang membentang dari Estonia di utara melalui Latvia, Lithuania, dan Polandia hingga Bulgaria serta Rumania di Laut Hitam. Tujuannya adalah untuk mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi ke salah satu dari 30 sekutu NATO di masa depan.