REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU –- Aksi ratusan warga di depan gerbang utama Pertamina Integrated Terminal Balongan (ITB) di Kabupaten Indramayu, membuat lalu lintas truk tangki pengangkut BBM menjadi terhambat, Senin (28/3). Aksi itu dilakukan untuk menuntut ganti rugi pencemaran solar di perairan Balongan.
Berdasarkan pantauan Republika, pukul 15.00 WIB, ada puluhan truk tangki BBM yang mengular di Jalan Raya Balongan. Mereka tak bisa lewat karena para pengunjuk rasa mendirikan tenda di depan pintu gerbang utama Pertamina ITB.
Tenda itu dipasang secara memanjang hingga menutupi Jalan Raya Balongan. Warga pun terlihat duduk-duduk di bawah tenda tersebut.
Salah seorang warga, Akso Surya Darmawangsa, menyebutkan, warga yang berunjuk rasa itu berasal dari tiga blok di Desa Balongan. Yakni, Blok Balongan, Blok Pesisir dan Blok Kesambi. Mereka merupakan nelayan, petambak dan pedagang beserta keluarga mereka yang terdampak pencemaran solar.
Akso mengatakan, sejak pencemaran solar yang terjadi dua pekan lalu, pertemuan dengan pihak Pertamina sudah dilakukan empat kali. Namun, hingga kini Pertamina belum memberikan ganti rugi yang dituntut oleh warga. "Aksi ini akan terus dilakukan sampai masalah ini selesai," tegas Akso.
Bahkan, Akso menyatakan, warga akan membuat dapur umum secara patungan hingga permasalahan itu selesai. Mereka mengancam akan terus menduduki Pertamina sampai yang punya kewenangan untuk membuat keputusan di tubuh Pertamina, datang ke Balongan.
Sementara itu, para pengunjuk rasa sempat mengamuk dengan berusaha menjebol pintu gerbang dengan mendorongnya secara bersama-sama. Mereka pun menggedor-gedor pintu gerbang tersebut dengan batu. Beruntung, situasi memanas itu bisa kembali kondusif.
Ketika ditanyakan mengenai hal tersebut, Akso mengatakan, warga merasa akses masuk untuk bertemu dengan pejabat Pertamina dihalang-halangi.
Bahkan, ada oknum yang diduga menodongkan senjata api ke warga. "Kami berharap, aparat tidak berperilaku represif kepada warga karena warga ini adalah korban dari ceceran limbah Pertamina," tukas Akso.
Akso menambahkan, pencemaran ceceran solar itu telah memberikan dampak pada berbagai bidang. Untuk bidang pariwisata, pencemaran tersebut menyebabkan pengunjung jadi berkurang. Hal itu seperti yang terjadi di Pantai Balongan Indah 2 (Bali 2).
Di bidang tambak, lanjut Akso, pencemaran solar menyebabkan petambak tak bisa memasukkan air laut ke dalam tambak. Padahal, tambak pun butuh aliran air laut.
Sedangkan bagi nelayan sugu (pencari udang rebon), hasil tangkapan rebon sangat minim. Bahkan nelayan jaring dan nelayan jala, tidak dapat ikan.
"Ikan tidak mau ke darat, ke tengah (perairan) terus karena ada limbah di pesisir Balongan," ujar Akso.
Salah seorang nelayan asal Blok Pesisir, Amid, mengatakan, biasa mencari ikan blanak di perairan Balongan. Biasanya, dalam waktu tiga jam, bisa mendapat tangkapan ikan blanak sebanyak dua sampai tiga kilogram. "Sekarang tidak ada ikannya," kata Amid.
Hingga berita ini ditulis pukul 16.00 WIB, warga masih bertahan di depan pintu gerbang Pertamina ITB. Sedangkan dari pihak Pertamina, belum ada yang memberikan keterangan resmi.
Seperti diketahui, pencemaran solar di perairan Balongan terjadi dua pekan lalu. Pertamina pun telah mengakui terjadinya rembesan dari Pipa SPL SPM 150.000 DWT di Perairan Jetty Cargo Integrated Terminal Balongan. Rembesan itu terjadi ketika kapal tanker yang membawa produk jenis solar melakukan proses discharging ke Tangki Integrated Terminal Balongan.