Rabu 30 Mar 2022 19:35 WIB

Dubes EU: Sanksi Barat akan Pengaruhi Kemampuan Rusia Lanjutkan Perang

Sanksi yang diterapkan Barat pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan Rusia

Uni Eropa
Uni Eropa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Uni Eropa (EU) untuk Indonesia Vincent Piket mengatakan bahwa sanksi yang diterapkan negara-negara Barat pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan Rusia untuk melanjutkan perang dengan Ukraina.

"Kami melihat (sanksi) ini akan berhasil. Sanksi akan merampas stabilitas keuangan Rusia untuk melanjutkan perang, jadi kami berharap (sanksi) ini akan berhasil," kata Piket, Rabu (30/3/2022).

"Kami melihat dampak (sanksi Barat) terhadap Rusia dalam beberapa hal, seperti sistem keuangan Rusia yang sedang dalam masalah besar," ujarnya.

Piket menyebutkan sejumlah dampak dari sanksi yang diterapkan Barat terhadap Rusia, antara lain membuat Rusia terkunci dari sistem aliran transfer uang internasional, nilai mata uang ruble telah turun 30 persen dan bursa saham Rusia hampir tutup, perusahaan-perusahaan Rusia tidak dapat berdagang, dan pesawat-pesawat Rusia tidak dapat terbang ke wilayah udara sejumlah negara Eropa.

"Kami akan mempertahankan (sanksi) selama diperlukan dan menambahkan sanksi jika diperlukan. Tentu saja, kami juga sangat berharap bahwa kami tidak harus bertindak sejauh itu," katanya.

Dia juga menjelaskan bahwa tujuan utama dari sanksi EU adalah untuk mengurangi dan menetralisir kapasitas Rusia untuk membiayai peperangan dan juga membuat dampak logistik yang luar biasa pada kapasitas Rusia untuk berperang di Ukraina.

"Sanksi kami (untuk Rusia) berada pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya karena krisis yang kami lihat di Eropa saat ini juga belum pernah terjadi sebelumnya sejak Perang Dunia II," katanya.

Piket menambahkan bahwa sanksi EU itu juga ditujukan kepada banyak individu elite Rusia, sekitar 800 di antaranya dari kalangan Kremlin dan mereka yang terkait dengan sektor bisnis Kremlin.

"Sanksi-sanksi tersebut ditujukan untuk perusahaan sistemik di sektor keuangan dan logistik, penerbangan, bank. Dan ada produk-produk yang tidak ingin kami jual ke Rusia, khususnya produk-produk yang dapat digunakan untuk memperparah perang," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement