Kamis 31 Mar 2022 17:00 WIB

Pengusaha Kuliner Optimistis Dapat Bangkit

Pelonggaran PPKM dan digitalisasi harus dimanfaatkan.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Sejumlah pengunjung menikmati suasana di kafe kopi dan kuliner Nostalgic di Mataram, NTB, Rabu (23/3/2022). Pengusaha kuliner optimistis dapat kembali bangkit dengan sinergi bisnis luring maupun daring, seiring dengan relaksasi pembatasan kegiatan yang diterapkan pemerintah.
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Sejumlah pengunjung menikmati suasana di kafe kopi dan kuliner Nostalgic di Mataram, NTB, Rabu (23/3/2022). Pengusaha kuliner optimistis dapat kembali bangkit dengan sinergi bisnis luring maupun daring, seiring dengan relaksasi pembatasan kegiatan yang diterapkan pemerintah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha kuliner optimistis dapat kembali bangkit dengan sinergi bisnis luring maupun daring, seiring dengan relaksasi pembatasan kegiatan yang diterapkan pemerintah.

Menurut Ketua Bidang Pelatihan Bisnis Asosiasi Pengusaha Kuliner Indonesia (Apkulindo) Pusat Giri Buana, digitalisasi dalam bisnis merupakan suatu keniscayaan yang harus dilakukan. Namun, potensi pasar dine in setelah pandemi juga tidak bisa diabaikan begitu saja.

Baca Juga

"Sekaranglah saatnya untuk kembali menjalankan bisnis kafe dan resto secara offline lagi. Tidak ada salahnya sistem online dan offline berjalan simultan," kata Giri dalam pernyataan di Jakarta, Kamis (31/3/2022).

Ia memastikan, pelonggaran regulasi PPKM tidak lagi membatasi kegiatan masyarakat dan membatasi bisnis kafe dan restoran yang sempat lesu ketika tinggi-tingginya kasus Covid-19. "Ini kesempatan, karena salah satu pangsa pasar terbesar adalah beraktivitasnya anak sekolah dan kantor. Itu membuat kami optimistis untuk kembali membangun bisnis kuliner. Asal punya konsep dan target market yang jelas," kata dia.

Dalam kondisi saat ini, ia memastikan digitalisasi harus dilakukan para pelaku usaha kuliner sebagai kegiatan new normal, meski efek pandemi Covid-19 sudah mulai mereda. "Pandemi mengajarkan kita untuk pintar melakukan efisiensi. Konsep ghost kitchen buat usaha kuliner misalnya, memangkas banyak investasi dan overhead cost. Makanya itu sangat berkembang di luar negeri, bukan sekadar karena ada pandemi, tapi memang sudah saatnya era seperti ini," kata Giri menjelaskan.

Selain itu, ia juga menyarankan para pelaku usaha kafe dan restoran untuk terus berinovasi pada produk agar pelanggan tidak segan untuk kembali dan menikmati layanan. "Jangan terlalu yakin produk kita sudah kuat. Inovasi tetap perlu. Jangan pikir sudah go digital dengan daftar di GoFood atau GrabFood kita tinggal duduk manis. Banyak hal teknis yang harus kita kuasai, seperti foto produk dan grafis yang bagus di online," katanya.

Giri juga mengingatkan kepada para pelaku usaha kuliner untuk memperhatikan standardisasi produk makanan dan minuman agar kualitas rasa dan kebersihan tetap terjaga. "Meski di usaha kafe dan resto ada sesuatu yang bisa kita jual seperti kenyamanan, estetika atau suasana luar ruangan, produk makanan tetap penting. Kalau enak mereka akan kembali dan enaknya itu harus konsisten (terstandar)," kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement