REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin memberitahunya kondisi di Ukraina saat ini belum tepat untuk gencatan senjata. Hal ini Draghi sampaikan dalam konferensi pers usai menelepon Putin satu hari sebelumnya.
Draghi juga mengatakan Putin memberitahunya kontrak gas saat ini masih ditegakkan. Perusahaan-perusahaan Eropa masih membayar dengan euro dan dolar.
"Apa yang saya pahami, tapi mungkin saya salah, adalah konversi pembayarannya, ini urusan internal Federasi Rusia," kata Draghi, Kamis (31/3/2022).
Sebelumnya Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan ia memicu peringatan dini atas pasokan gas. Di tengah upaya Rusia memaksa agar semua gas dibayarkan melalui rubel, mata uang Rusia.
Pada wartawan Rabu (30/3/2022) kemarin Habeck mengatakan terdapat tiga tingkat peringatan. Ia sudah menyalakan peringatan pertama. Kementeriannya sudah membentuk tim krisis yang akan memantau situasi pasokan gas.
Habeck mengatakan tindakan ini diambil setelah Moskow tetap memberlakukan syarat pembayaran gas dengan rubel. Walaupun negara-negara kaya yang tergabung dalam Group of Seven menolaknya. Ia mengatakan cadangan gas Jerman saat ini terisi sekitar 25 persen dari kapasitasnya.
Pada 23 Maret lalu Presiden Vladimir Putin mengumumkan Rusia hanya akan menerima mata uang rubel untuk pembayaran gas dari "negara-negara tidak bersahabat" termasuk semua negara anggota Uni Eropa. Langkah yang diambil setelah Rusia menerima banyak sanksi atas invasi ke Ukraina.
"Saya telah memutuskan untuk mengimplementasikan serangkaian kebijakan pada pembayaran untuk pasokan gas kami ke negara-negara tak bersahabat ke rubel Rusia," kata Putin dalam rapat pemerintah yang disiarkan televisi seperti dikutip Alarabiya.