Dalam forum tersebut, Tomy juga menyampaikan pandemi Covid-19 memberikan pelajaran bagi semuanya. Begitu banyak hal yang selama ini tidak pernah dibayangkan sehingga semuanya harus beradaptasi dengan cepat termasuk Human Initiative.
"Kami harus banyak beradaptasi kemudian kami menjadikan agile organization pilar strategi dalam bekerja, tim-tim kecil yang kami buat diharapkan bisa bekerja dengan cepat dan beradaptasi dengan situasi yang ada," jelasnya.
Pada 2021 kolaborasi Human Initiative yang mampu menjangkau 640.774 penerima manfaat tak bisa dicapai jika bekerja sendirian. Capaian ini hanya bisa diraih dengan berkolaborasi. Penerima manfaat tersebut tersebar di 3.374 titik lokasi dengan 25 program Human Initiative.
Pemberdayaan Masyarakat
Tomy berharap Human Initiative bisa menjangkau 886.000 penerima manfaat. Untuk itu Human Initiative terus menguatkan masyarakat dengan program pemberdayaan masyarakat.
"Ada sekitar 31 UMKM yang mungkin secara angka tidak terlalu besar tapi ini adalah titik awal bagi kami yang menjangkau 37 kota di Indonesia. Kami membuat sebuah platform digital yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk penjualan produk UMKM binaan Human Initiative," kata Tomy.
Di tempat yang sama, Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Makro (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah) Rulli Nuryanto mengatakan jumlah pelaku UMKM sekitar 65 juta. Mereka bisa memberi sumbangan terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar lebih dari 97 persen.
"Dengan jumlah 65 juta pelaku UMKM, mereka adalah pelaku usaha terbesar di Tanah Air, lebih dari 99 persen. Mereka mampu memberi sumbangan kepada PDB nasional sekitar 60,5 persen dan investasi sebesar kurang lebih 60 persen dari jumlah investasi nasional. Melihat posisi tersebut, tergambar pentingnya dan strategisnya posisi UMKM dan koperasi di perekonomian Indonesia," jelas Rulli.
Kendati demikian harus diakui para pelaku UMKM sebagian besar masih merupakan bagian dari ekonomi subsistensi, bersifat informal, masih kurang literasi usaha, minim inovasi, dan masih bermain di sisi hilir yang sangat rawan dan mudah dikalahkan oleh pelaku usaha besar. UMKM juga masih minim terhubung dalam rantai pasok.