REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Sekitar 90 persen warga Meksiko memilih untuk tetap mendukung Presiden Andres Manuel Lopez Obrador dalam pemilihan cepat yang belum dilakukan sebelumnya. Menunjukkan dominasi agenda politiknya meski angka partisipasi pemilih lebih rendah dibandingkan prediksi.
Pada Senin (11/4/2022) lembaga pemilu Meksiko, National Electoral Institute (INE) mengumumkan sekitar 90,3 sampai 91,3 persen akan mendukung Lopez Obrador dalam referendum. Tapi partisipasi pemilih atau turnout diperkirakan hanya 17 sampai 18,2 persen.
Jauh dibandingkan ambang batas 40 persen yang diperlukan agar hasil referendum mengikat. Jajak pendapat yang dirilis surat kabar el Financiero awal bulan ini memprediksi turnout sekitar 16 sampai 25 persen.
Lopez Obrador merupakan arsitek pemilihan yang dikenal 'recall referendum' di Meksiko modern. Baik kritikus maupun pendukungnya melihat kemenangannya dalam referendum ini sudah pasti.
Politisi oposisi aktif mendorong pendukung mereka untuk tidak memberikan hak suara. Banyak yang mengecam proses referendum ini sebagai propaganda presiden dan mengalihkan perhatian masyarakat dari masalah yang sebenarnya.
Pengamat politik mengatakan Lopez Obrador tampaknya akan mengambil hasil referendum untuk keuntungan pribadinya sendiri. Dengan mendorong perubahan konstitusi pada pasar listrik melalui Kongres dalam beberapa pekan ke depan meski kemungkinan ia kekurangan suara.
Setelah hasil awal dari referendum keluarga, Lopez Obrador mencicit di Twitter ia sedang mempersiapkan pidato yang akan ditayangkan melalui video. "Saya benar-benar mencintai kalian," tutup Lopez Obrador dalam cicitannya tersebut.
Referendum ini menimbulkan banyak spekulasi salah satunya akan membuka kemungkinan perpanjangan masa jabatan presiden yang hanya mengizinkan satu orang menjabat satu kali selama enam tahun. Lopez Obrador membantah spekulasi tersebut.
Namun ia menggunakan referendum untuk mendorong pendukungnya dan menguji kekuatannya dalam pemilihan gubernur bulan Juni mendatang.
"Demokrasi sudah menjadi kebiasaan di Meksiko, maka jangan ada yang lupa rakyat yang memerintah," katanya di samping tempat pemungutan suara.
Sejak berkuasa pada Desember 2018 lalu Lopez Obrador telah gagal memenuhi janji kampanyenya untuk mengatasi tingkat kekerasan dan menguatkan perekonomian. Ia membuat investor tidak nyaman dengan menegosiasi ulang kontrak-kontrak pemerintah sebelumnya dan memperketat kontrol pada sumber daya alam dan energi.
Namun program kesejahteraan yang sukses dan citra sebagai politisi yang membela rakyat kecil melawan elit kaya yang korup mendorong popularitasnya.